Jumat, 11 Mei 2012

Pembelajaran Qowa'id


A. PENGERTIAN
Qawa'id merupakan jama' dari kata قاعدة  yang berarti aturan, undang-undang. Yang dimaksud dengan Qawa’id disini adalah tata bahasa yang meliputi Nahwu dan Sharaf.
Menurut Achmad Sunarto, dalam bukunya yang berjudul Qowaidul Lughoh, Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah untuk mengenal bentuk kalimat-kalimat dalam bahasa Arab serta kaidah-kaidahnya. Sedangkan Ilmu Shorof menurut K.H. Moch. Anwar adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk asal suatu kata menjadi bentuk-bentuk lain untuk mencapai arti yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan adanya perubahan. Demikian juga menurut Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati yang menyatakan bahwa, nahwu itu membicarakan hukum-hukum huruf, kata dan kalimat, serta bunyi akhir sebuah kata. Sedangkan sorof membicarakan perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan tersebut.

B. POSISI QOWA’ID
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, Qowa’id tidak dilaksanakan tersendiri dengan tujuan menghafal kaidah-kaidah tatabahasa semata. Biasanya Qowa’id diajarkan melalui bahan bacaan dalam pembelajaran Qiro’ah.
Dengan demikian jelaslah bahwa Qowa’id untuk tingkat permulaan dan tingkat menengah belum boleh diajarkan sebagai tujuan. Karena sebenarnya tujuan dari pengajaran Qowa’id ialah kemampuan mengutarakan fikiran dan perasaan dengan bahasa yang benar dan cermat serta kemahiran memahami apa yang didegar dan apa yang dibaca.

C. PRO KONTRA PEMBELAJARAN QOWA’ID
Kebanyakan orang menganggap seseorang dikatakan berhasil belajar bahasa ketika dia mampu melafalkan kata-kata, juga kalimat-kalimat dari bahasa yang ia pelajari.
Ketika melafalkan kalimat dalam bahasa asing pun tidak sekedar mampu melafalkan tapi dituntut menggunakan struktur kalimat yang benar. Nah, disinilah  Qowa’id dianggap penting untuk dipelajari dan diajarkan.
Ketika berbicara awal mula manusia mampu berbicara, maka kita akan mengenal istilah bahasa ibu. Dimana seorang anak kecil bisa bicara pada awalnya dengan kata-kata sederhana, seperti : mama, papa dan kata-kata lain yang mudah diucapkan. Demikian dengan belajar bahasa Arab, ada sebagian orang yang meyakini bahwa untuk menguasai bahasa Arah, harus hafal banyak kosa kata. Sedangkan belajar Qowa’idnya bisa dikuasai setelahnya. Demikian sebaliknya, ada yang menyatakan bahwa penguasaan Qowa’id dari awal lebih penting dan ini akan membantu dalam penyampaian secara terstruktur dan sistematis.
Adapun dalam pelaksanaannya setiap orang memiliki keyakinan masing-masing. Apakah mendahulukan mufrodatnya dulu atau qowa’idnya atau bahkan kombinasi antar keduanya. 

D. WAKTU PEMBELAJARAN QOWA’ID
Kowa’id mulai dipelajari semenjak sekolah dasar, seperti di MI atau SD, kemudian berlanjut di SMP atau MTs, SMA atau MA, kemudian di Perguruan tinggi. Hanya saja metode penyampaiannya yang berbeda. Ada yang disampaikan contoh-contohnya dulu, kemudian kaidahnya (Metode Qiyasi) atau kaidahnya dulu baru contoh-contohnya (Metode Istiqro’i).

E. JENIS-JENIS METODE QOWA’ID
Dalam pembelajaran Qowa’id, terutama ilmu Nahwu, terdapat dua model pembelajaran yang dikenal dengan Metode Qiyasi ( الطريقة القياسية ) dan Istiqro’i  (اطريقة الاستقرائية ) . Metode Qiyasi diposisikan untuk menyajikan kaidah-kaidah Nahwu terlebih dahulu kemudian contoh-contohnya. Sedangkan metode Istiqro’i dimulai dari pemaparan contoh-contoh kemudian baru mempelajari kaidah. Metode Qiyasi disebut juga metode deduktif dan metode Istiqro disebut dengan metode induktif.

F. TINGKATAN PEMBELAJARAN QOWA’ID
Dalam pembelajaran Qowa’id, metode istiqro diterapkan di sekolah tingkat SD, MI, SMP, MTs, SMA dan MA. Sedangkan metode Qiyasi digunakan di perguruan tinggi. Ini tidak terlepas dari pembacaan dunia pendidikan terutama kemampuan siswa dalam penguasaan materi Bahasa Arab. Ini tidak lepas dari prinsip penyampaian pembelajaran yang dimulai dari yang termudah menuju tingkat kesulitan tertentu.

G. CARA MENGAJARKAN QOWA’ID
Dalam mengajarkan Qowa’id dipakai dua metode seperti yang telah disebutkan diatas. Adapun dalam menerapkannya adalah sebagai berikut:
1. Metode Qiyasi ( الطريقة القياسية )
Metode Qiyasi (deduktif) adalah metode yang tertua dalam pengajaran ilmu nahwu, namun meskipun sudah lama metode ini masih dipergunakan hingga sekarang.
Cara penerapan metode Qiyasi adalah sebagai berikut:
a)      Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan tema tertentu.
b)      Guru menjelaskan kaidah-kaidah nahwu terkait materi yang sedang dipelajari.
c)      Guru mengarahkan siswa untuk memahami dan menghafal kaidah-kaidah nahwu.
d)     Guru mengemukakan contoh-contoh yang berkaitan dengan kaidah.
e)      Guru memberikan kesimpulan pelajaran.
f)       Siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan.

Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah siswa mampu memahami kaidah-kaidah bahasa Arab yang telah dijelaskan oleh guru pada jam pelajaran sehingga membantunya dalam menyelesaikan mengerjakan soal. Adapun kelemahannya yaitu siswa dibebani menghafal kaidah-kaidah tanpa menguasai perbendaharaan kosa kata dan guru terbebani kaidah-kaidah yang harus dituliskan di papan tulis juga penguasaan lebih jauh materi yang hendak disampaikan.




2. Metode Istiqro’I (اطريقة الاستقرائية )
Metode istiqro’I disebut juga metode induktif. Dalam proses belajar mengajar, metode ini dimulai dari pemaparan contoh-contoh dan memperbanyak latihan baru kemudian mempelajari kaidah-kaidah bahasanya.
Pendukung metode ini berpendapat bahwa metode inilah yang paling alamiah yang dilalui oleh pemikiran untuk sampai kepada pengetahuannya juga akan membuka tabir yang terselubung dan menjelaskan hal-hal yang kabur.
Penerapan metode Istiqro’I dalam pembelajaran Qowa’id bisa dilakukan dengan cara:
a)      Guru memulai pembelajaran dengan menentukan topic terlebih dahulu.
b)      Guru menampilkan contoh-contoh kalimat yang berhubungan dengan tema.
c)      Siswa diarahkan untuk membaca contoh-contoh tersebut.
d)     Guru menjelaskan kaidah nahwu dan sorof yang terdapat dalam contoh.
e)      Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang kaidah nahwu yang terkandung dalam contoh.
f)       Siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan

Jadi dalam pembelajaran bahasa Arab, guru diharapkan mampu mengarahkan siswa dengan metode yang telah ditentukan. Adapun penyampaian materinya dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan memungkinkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Selain itu, hendaknya guru menguasai materi sehingga dalam penyampaian akan lebih mudah.

H. SUMBER
Tulisan ini bersumber dari lima buku, diantaranya:
1.      Anwar, Mochammad. 1987. Ilmu Sharaf. Bandung: Sinar Baru.
2.      Anwar, Mochammad. 1992. Ilmu Nahwu. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
3.      Dayyab, Hifni Bek. 1990. Qowa’idul Lughoh. Surabaya: Al-Hidayah.
4.      Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011 Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press.
5.      Sumardi, Mulyanto dan Kafrawi. 1976. Pedoman Pengajarann Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam. Jakarta: Depag RI.

1 komentar:

  1. Dengan banyaknya yang menyukai burung lovebird, harga jual burung ini pun sangat tinggi dan meningkat, seiring dengan berjalannya waktu. Sehingga wajar, bila para peternak burung berlomba-lomba membudidayakan burung lovebird agar meraup banyak keuntungan. Namun hal yang banyak terjadi, dalam proses budidaya/beternak burung lovebird, Kita sering mengalami kegagalan untuk mengawinkan keduanya (jantan dan betina). Alasannya cukup simpel, tidak sedikit burung. Masih berkaitan Jika menggunakan cabai bubuk korea warnanya akan jauh lebih merah dan jika menggunakan cabai lokal warnanya tidak secerah cabai korea tapi rasanya lebih mantap.
    Masmuka Artinya Cara Mengobati Penyakit Mata (Snot) Pada Lovebird Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus