Sabtu, 21 Januari 2012

Ps. PBA t@r@


Materi perkuliahan PSPBA
BAB 1
SEJARAH BAHASA ARAB

Berbicara tentang bahasa Arab dalam konteks sejarah tidak bisa lepas dari perjalanan penyebaran agama Islam. Begitu pula sebaliknya, mengkaji tentang islam berarti mempelajari Bahasa Arab sebagai syarat wajib untuk menguasai isi kandungan Al Qur’an dan al Hadits sebagai sumber utama agama islam.
Bahasa Arab adalah bahasa resmi di Maroko, Algersia, Tunisia, Libiya, Libanon, Syiria, Yordania dan beberapa negara di semenanjung Arabia. Selain itu bahasa Arab telah meluas di dunia, termasuk Indonesia. Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar ke Afrika sampai Andalusia. Hingga pada masa khilafah Islamiyah, bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang dipergunakan untuk sosialisasi agama, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Di semenanjung Arabia sejak sebelum datangnya islam telah berbicara dengan satu bahasa, tetapi ucapannya berbeda menurut logat masing-masing. Besar sekali pengaruh Islam terhadap perkembangan bahasa Arab, bukan hanya menjadi bahasa agama tetapi juga menjadi bahasa kebudayaan bagi dunia islam.
Pada zaman Bani Umayah, Ibnu Muqaffa dikenal sebagai pelopor orang yang menggunakan bahasa Arabsebagai bahasa menulis. Kemudian dalam proses perkembangannya, Bahasa Arab mengalami pasang surut setelah banyaknya penguasa negara Islam dari golongan bukan Arab. Apalagi bahasa pemerintahan setelah itu sebagian menggunakan bahasa Persia di Timur dan Bahasa Turki di daerah kekuasaan Turki.

Sejarah perkembangan Bahasa Arab dimulai dari :
1.      Abad 1 Masehi : Bahasa Arab mulai berkembang di Asia yaitu di India oleh Sa’ad bin Abi Waqosh.
2.      Abad 3 Masehi Bahasa Arab mulai berkembang di Nusantara dengan perantara pedagang Gujarat dari India. Dari sinilah kemudian muncul pesantren pertama yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel).
3.      Pada masa penjajahan, bahasa Arab selain di pesantren juga diajarkan di sekolah-sekolah keagamaan secara klasikal.
4.      Pada masa kemerdekaan
a) Muncul kurikulum 1950-1975 dan sudah ada Surat Keputusan Bersama (SKB) dan ada penyetaraan yang sah.
b) Rancangan undang-undang SPU 1989 UU Suspendiknas tahun 2003 untuk bahasa Arab di madrasah dan PAI di sekolah.
c) Di pesantren, penggunaan bahasa Arab secara pasif (tradisional) dan aktif (modern)

Bahasa arab dahulu dipakai sebagai sastra yang biasa diadu di sekitar Ka’bah. Seseorang dapat hafal Al Qur’an karena menikmati alunan bahasa Arab yang enak diperdengarkan. Pada 800-1228 M adalah masa keemasan Islam meski pada tahun 1228 M runtuh karena diserang bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan yang pada akhirnya menjadi mualaf.
Bahasa Arab masuk ke Nusntara bersamaan dengan masuknya islam. Para pedagang Gujarat memperkenalkan ajaran islam Bahasa Arabmeskipun masih dalam konteks ibadah. Bahasa Arab diajarkan untuk memahami Al Qur’an dan Hadits, tapi seiring berjalannya waktu, Bahasa Arab mulai meluas ke sekolah dan perguruan tinggi sebagai pelajaran yang harus dikaji.

BAB 2
KEISTIMEWAAN BAHASA ARAB

A. PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri kalau bahasa sebagai alat komunikasi. Dimana dalam berkomunikasi itu harus terjadi saling pengertian diantara dua atau lebih orang yang berkomunikasi. Jadi dalam suatu perkumpulan orang-orang pastilah memiliki bahasa tersendiri sebagai media untuk saling memanhami dengan berkomunikasi.
Bahasa arab sebagai bahasa agama islam. Atau beberapa menyatakan bahwa bahasa Arab itu bahasa Aherat. Salah satu alasan mengapa bahasa Arab dikatakan sebagai bahasa agama islam yaitu karena dalam kitab suci dituliskan ayat-ayat yang berbahasa Arab.
Kemudian munculah berbagai pertanyaan, mengapa diturunkannya kitab Al Qur’an dengan menggunakan bahasa Arab? Dalam makalah ini akan dibahas beberapa keistimawaan Bahasa Arab yang menjadikan perhatian tersendiri dan wajib kita ketahui.

B. PEMBAHASAN
1. Bahasa Arab dalam Agama
Al Qur’an sebagai sumber agama Islam dituliskan dalam Bahasa Arab. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab bagi kaum muslimin merupakan suatu kebutuhan yang sangat utama. Selain itu juga dengan mempelajarinya merupakan tujuan suci yaitu untuk memperdalam pemahaman ajaran agama Islam dari sumbernya yang asli.
Mempelajari Bahasa Arab juga berarti membina kemampuan memahami fikiran-fikiran ulama terdahulu guna pengembangan alam fikiran para ulama pada masa kini, sehingga mampu menjawab masalah-masalah keagamaan baik yang telah diuraikan oleh para ulama terdahulu maupun masalah-masalah yang timbul pada masa sekarang. Adapun salah satu persyaratan seorang ulama adalah mengerti dan memahami bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur’an, hadis dan kitab-kitab agama lainnya yang ditulis dalam Bahasa Arab.
Pengucapan Bahasa Arab juga dilakukan saat umat islam melakukan ibadah,  yang hendaknya memberi pengaruh bagi pembinaan akhlak dan sikap mental dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat terwujud jika muslim yang beribadah itu memahami makna dan menghayati arti dari ibadah yang dilakukan.

2. Bahasa Arab dalam Ilmu Pengetahuan
Salah satu hadis yang menyatakan bahwa, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. Dan siapa pun tahu bahwa selama beberapa abad dalam zaman pertengahan bahasa Arab selain sebagai bahasa agama, juga merupakan bahasa yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan diseluruh bagian dunia peradaban.
Dahulu, Eropa dijuluki dalam “Abad Kegelapan” karena kehidupan bangsa-bangsa di sana sangat dipengaruhi oleh kebekuan gereja yang bersikap tidak terbuka terhadap ilmu dan filsafat Yunani yang dianggap berbahaya bagi agama Masehi. Hal ini terbukti dengan ditutupnya lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani seperti yang terjadi di Athena.
Ahli-ahli filsafat Yunani dianggap kufur dan murtad dari agama Masehi, bahkan banyak diantara mereka yang mengalami siksaan dan hukuman yang cukup berat karena kekuasaan gereja pada waktu itu sekaligus adalah kekuasaan dalam pemerintahan. Keadaan ini menyebabkan sebagian diantara mereka melarikan diri berpindah ke Asia dan menetap di Syiria, Irak dan tempat-tempat dimana mereka bebas mengajarkan ilmu dan filsafat Yunani.
Setelah Negara-negara dimana terdapat kebebasan untuk mempelajari ilmu dan filsafat Yunani tersebut masuk ke dalam kekuasaan Khilafah Islamiyah, maka ilmu dan filsafat Yunani diwarisi oleh umat Islam. Terdorong oleh ajaran agama untuk mempelajari ilmu pengetahuan maka orang-orang islam mempelajari ilmu dan filsafat Yunani dengan kesungguhan dan ketekunan terutama peluang itu diperoleh pada masa Khalifah Abbasiyah.
Akibat sikap gereja yang tidak terbuka serta tindakannya yang keras terhadap peradaban Yunani, maka dunia Barat menjadi sunyi dari ilmu dan filsafat Yunani, kecuali tentang ilmu agama Masehi. Untunglah bahwa ketika dunia Barat dalam keadaan kegelapan semacam itu, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dapat dipeelihara dan dikembangkan oleh umat islam di timur yang kemudian pada zaman kebangkitan (Renaissance) dunia barat, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani itu diambil alih kembali dari umat islam baik di Asia maupun disebagian Eropa sendiri.
Sebelum para cendekiawan muslim dapat melahirkan ilmu pengetahuan yang asli berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah, terlebih dahulu mereka melalui suatu abad yang dikenal dengan abad terjemah, yaitu pada masa Khilafah Abasiyah (132-656 H atau 750-1258 M) dimana dilakukan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab. Abad ini dibagi menjadi tiga fase sebagai berikut:
a. Fase Pertama
Dimulai pada masa khalifah Al Mansur (136-158 H atau 754-775 M) sampai akhir khalifah Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini diterjemahkan buku-buku Aristoteles tentang ilmu logika (mantiq), buku Al Majisti tentang ilmu falak (astronomi), buku kesustraan Persia “Kalilah wa Dimnah” dan “Sinhind” (India) ke dalam bahasa Arab. Penerjemah pada masa ini adalah Ibnu Muqaffa’, Jirjis bin Jibrail dan Yuhanna bin Batriq.
b. Fase Kedua
Penerjemahan yang dilakukan pada masa pemerintah Khalifah Al Ma’mun (198-218 H atau 813-833M). Buku-buku filsafat Aristoteles dan buku-buku filsafat Yunani lainnya banyak diterjemahkan. Sejumlah karangan Socrates, Plato dan Galinus diterjemahkan oleh Hunain bin Ishaq, sebagian besar buku-buku Aristoteles diterjemahkan juga olehnya. Disamping itu, buku Al Majisti diulang kembali penerjemahannya. Penerjemah yang terkenal pada fase ini, disamping Hunain Bin Ishaq dan Ishaq bin Hunain ialah Yohanna, Yahya Bitriq, Hijjaj bin Yusuf, Qusta bin Luqa, Al Baihaqi, Tsabit bin Qurrah, dll.
c. Fase Ketiga
Fase ketiga adalah fase setelah Khalifah al Ma’mun. Buku-buku yang diterjemahkan pada fase ini adalah mengenai ilmu logika (mantiq) dan ilmu alam karya Aristoteles. Adapun penerjemah yang dikenal pada fase ini adalah Matta bin Yunus, Sinain bin Tsabit bin Qurrah, Yahya bin ‘Adi dan Ibnu Zuhrah.

Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu kimia dan sastra yang dikenal pada masa itu sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dengan perkataan lain, masa pertama adalah masa menerjemahkan dan masa kedua adalah masa mengarang dan mencipta. Setelah abad terjemah selesai kemudian kaum muslim giat mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat yang telah diterjemahkan itu, sehingga pada abad ke III H lahirlah filosof Islam pertama, yaitu Abu Yusuf Ja’kub bin Ishak Al Kindi (796-873 M).
Adapun faktor-faktor yang mendorong penerjemahan buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan pada zaman Abbasiyah yaitu:
1. Keadaan pertahanan dan keamanan pemerint an berangsur-angsur menjadi baik pada zaman Khalifah Abbasiyah, sehingga pemerintah menjadi kuat, stabil dan memberikan peluang untuk mulai bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan terutama pada zaman khalifah Harun ar Rasyid dan Khalifah Al Ma’mun.
2. Tuntunan dan tantangan zaman pada waktu itu menghendaki perkembangan cara berfikir sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan pemikiran keagamaan yang dapat diterima oleh tingkat kemajuan berfikir. Oleh karena itu, filsafat dan ilmu mantiq sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan masalah-masalah yang berkenaan dengan aqidah secara logis. Ditambah lagi kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban beribadah yang tertentu seperti salat, puasa, naik haji dan sebagainya merupakan faktor pendukung untuk mempelajari ilmu falaq.
3. Khalifah-khalifah Abbasiyah seperti Al Ma’mun, Harun ar Rasyid dan Al Manshur menaruh perhatian besar terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan. Khalifah sebagai pimpinan tertinggi pemerintahan memberikan bantuan, fasilitas dan penghargaan kepada para penerjemah.

Pada zaman berikutnya, buku-buku terjemahan tersebut beserta tafsiran dan penjelasan penjelasannya dibuat oleh para cendekiawan muslim menjadi buku-buku pegangan (reference) yang sangat diperlukan oleh dunia barat pada masa kebangkitan dimana dunia Kristen di Barat dihadapkan kepada kebutuhan untuk memahami soal-soal keagamaan yang tidak cukup hanya bersifat dogmatis semata akan tetapi perlu pemahaman secara rasional.
Pada abad ke XIII beberapa sarjana Kristen yang maju dalam cara berpikir, mengetahui bahwa jawaban atas persoalan mengenai kedudukan Tuhan dalam alam semesta, mengenai roh dan lain-lain terdapat dalam tulisan-tulisan berbahasa Arab. Oleh karena itu, naskah-naskah dalam bahasa Arab dianggap perlu untuk diterjemahkan kembalike dalam bahasa Barat termassuk tafsiran-tafsiran karanga Aristoteles, karya Al Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.
Abu Nasr Muhammad Al Farabi (872-950 M) disamping menerjemahkan karangan-karangan Aristoteles juga member tafsirannya tentang etika ddan ilmu jiwa. Sebagai filusuf besar ia menulis sejumlah besar karangan asli antara lain tentang ilmu jiwa, metafisika dan teori ilmu music timur. Karangan-karangan al Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd tentang teori music telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan menjadi buku-buku pelajaran di Eropa Barat. Al Farabi mengarang pula buku “Ihsha’ul Ulum” mengenai ilmu pengetahuan yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan sangat berpengaruh di Barat.
Ibnu Sina (980-1037 M) yang dikenal di dunia Barat dengan nama Avicena adalah seorang pujangga muslim yang tulisannya menarik dan mengagumkan. Karangannya yang pertama berjudul “Al Majmu” memuat berbagai ilmu pengetahuan umum seperti filsafat, fisika, matematika dan ilmu jiwa. Jumlah karangan Ibmu Sina (menurut Collier’s Encyclopedia dan Chamber’s Encyclopedia) lebih dari 100 buah, antara lain yang terpenting adalah “Al Qanun” mengenai ilmu kedokteran dan “Asy- Syifaa” mengenai ilmu filsafat. “Al Qanun” terdiri dari lima jilid yang mengandung sejuta perkataan. Buku ini merupakan ensiklopedia tentang ilmu kedokteran yang menguasai dunia pengobatan di Eropa selama lima abad, jauh lebih lama dari buku ahli kedokteran Yunani karangan Galius. Al Qanun diterjemahkan dari bahasa arab ke bahasa latin oleh Gerad of Gremona (Italia) dan berdasarkan terjemahannya itu Universitas Louvin dan Monthpellier di Prancis tetap mempergunakan sebagai textbook sampai tahun 1650. Gambar Ibnu Sina dipajang menghiasi dinding aula fakultas kedokteran Universitas Paris sebagai penghargaan atas jasa-jasanya dibidang kedokteran.
Ibnu Rusyd (1126-1198M) yang dikenal di Barat dengan nama Averroes telah menggoncangkan Eropa dengan gerakan rasionalismenya yang merupakan aliran berpengaruh dan hidup dalam perkembangan proses berfikir orang-orang Eropa sejak abad XII sampai akhir abad XVI. Ibnu Rusyd telah memberi sumbangan fikirannya terhadap ilmu kedokteran dengan sebuah buku yang berjudul “Al-Kuliyat Fiththib”. Dalam buku ini antara lain dikemukakan bahwa tak seorang pun kena penyakit cacar dua kali dan fung selaput jala (rotina) difahami benar-benar.
Meskipun dunia Barat tidak seluruhnya setuju terhadap beberapa ajaran sarjana Arab, tetapi mereka membutuhkannya karena ajaran-ajaran itu mengandung nilai ilmiah tentang filsafat, ilmu pasti, ilmu astronomi dan pengetahuan lain yang ada waktu itu. Juatru karena ajaran itulah para cendekiawan Eropa lambat laun mulai memperkembangkan sikap obyektif terhadap ilmu pengetahuan yang menjiwai zaman Renaissance.
Dari Al Chawarizmi orang Eropa belajar angka-angka Arab, ilmu aljabar dan table-tabel ilmu falak yang pada waktu itu paling dapat dipertahankan dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol oleh orang Inggris bernama Adelard dari Bath.
Pusat pertama tempat orang Eropa mempelajari ilmu pengetahuan yang ditulis dalam Bahasa Arab, didirikan di Toledo (Spanyol) dibawah pimpinan Uskup Agung Raymond. Ia adalah Uskup Besar Gereja Katolik di Spanyol yang berkat usahanya maka karya-karya dalam tulisan Bahasa Arab dapat dipelajari kaum Kristen.
Kalau dalam zaman Al Ma’mun, Hunain bin Ishaq diserahi “Baitul Hikmah” sebagai penanggung jawab penerjemahan buku ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dan bahasa Yunani atau Persi ke dalam bahasa Arab, maka Uskup Agung Raymond mengakat Dominico Gondisalvi sebagai pemimpin penterjemah berbagai buku berbahasa Arab kedalam bahasa latin. Usaha Uskup Agung Raymond mengenai penerjemahan buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan yang berpusat di Toledo itu banyak menarik perhatian para sarjana diseluruh bagian Eropa, antara lain:
a. Robert Chaster (Inggris) menerjemahkan karangan Jabir mengenai ilmu Kimia dan karangan Al Khawarizmi mengenai aljabar kedalam bahasa Latin.
b. Herman dan Dalmati bersama seorang Arab yang menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa Latin untuk diserahkan kepada Peter kepala Biara di Cluni (Prancis Timur)
c. Michael (Skotlandia) menerjemahkan karangan Ibnu Sina, karangan Al Bitruji mengenai astronomi, karya Ibnu Sina mengenai ilmu hewan dan beberapa karangan Aristoteles yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.

Dalam bidang kesustraan, dunia Barat pun mendapatkan banyak pelajaran dari karya bangsa Arab. Buku cerita “Seribu Satu Malam” memberikan pengaruh yang kuat terhadap kesustraan Barat. Buku ini telah mengilhami orang Barat mengarang cerita-cerita seperti Resels karangan Samuel Johnson. Karya Ibnu Tufail dalam “Haiy bin Yaqdhan” telah mengilhami cerita Robinson Crosoe.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam abad ke XX ini bahasa Arab telah berkembang sebagai bahasa untuk menguraikan berbagai cabang ilmu pengetahuan baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, bahasa pengantar perkuliahan dalam berbagai fakultas seperti fakultas Ekonomi, Sosial Politik, teknik dan kedokteran dari berbagai universits di Negara-negara Arab adalah dalam bahasa Arab, begitu pula buku-buku yang dipergunakan kebanyakan dalam Bahasa Arab.
Dengan demikian mempelajari bahasa Arab merupakan kunci untuk memahami dan mendalami sejarah perkembangan peradaban dunia muslim pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya. Bahkan dasar ilmu pengetahuan lama itu dijadikan batu loncatan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad XX ini.

3. Bahasa Arab dalam Hubungan Internasional
Dunia Arab terdri dari beberapa Negara dengan bentuk dan system pemerintahan masing-masing. Walaupun terdapat perbedaan kepentingan antar Negara satu dengan yang lain, namun mereka merasa ada di dalam satu ikatan yang antara lain disebabkan oleh adanya ikatan kesatuan bahasa yaitu bahasa Arab. Disamping itu gerakan nasionalisme Arab juga memberikan pengaruh yang kuat terhadap kedasaran dan keinsafan sebagai suatu bangsa.
Sebagai salah satu hasil dari gerakan nasionalisme Arab ini tampak dalam bidang pengetahuan Bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu yang digunakan diseluruh pelosok dunia Arab sehingga orang-orang Aljazair yang sudah banyak mempergunakan bahasa Prancis sejak lepas dari penjajahan Prancis secara otomatis mewajibkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.Dengan demikian seluruh Negara Arab menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi yang dipergunakan dalam administrasi Negara, surat-menyurat dan nota diplomatic dari Departemen Luar Negeri Negara-negara Arab. Sedangkan bahasa Inggris dan Prancis hanya dipakai sebagai terjemahan dari naskah aslinya. Adapun bahasa percakapan sehari-hari dari Negara-negara Arab umumnya mempergunakan dialek menurut tempat masing-masing sedangkan surat-surat kabar dan majalah-majalah mempergunakan bahasa Arab Fusha modern.
Dalam dunia diplomasi pada organisasi-organisasi internasional dikalangan dunia islam seperti Mu’tamar Alam Islam, Rabthah Alam Islam dan lain-lain organisasi islam internasional semua kegiatan yang dilakukan tak dapat lepas dari penggunaan Bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Pada tahun 1973 untuk pertama kalinya bahasa Arab dijadikan bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pidato-pidato, pembicaraan daan perdebatan di forum PBB diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab sejajar dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Pemaakaian bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi dalam PBB menempatkan bahasa Arab untuk berperan sebagai salah satu alat komunikasi dalam hubungan diplomasi internasional didukung oleh makin besarnya peranan Negara-negara Arab penghasil minyak dalam dunia perekonomian internasional menambah perhatian dunia terhadap pengajaran Bahasa Arab.
4. Bahasa Arab dalam Kebudayaan Nasional
Kedudukan dan peranan Bahasa Arab di masyarakat dan kebudayaan Indonesia telah mengambil bagian penting sejak berkembangnya agama Islam di Nusantara pada abad XIII. Sampai saat ini masih dirasakan dan dapat dilihat bahwa bahasa Arab tidak hanya merupakan bahasa agama islam yang hidup dalam lingkungan ulama, pesantren, madrasah, cendekiawan dan masyarakat islam, akan tetpi bahasa Arab juga telah turut membina dan mengembangkan bahasa Indonesia ataupun bahasa-bahasa daerah, terutama dalam perbendaharaan kosa kata.
Beberapa ungkapan dalam bahasa Arab yang diambil dari ajaran agama Islam sering digunakan baik dalam forum resmi maupun tidak resmi seperti ucapan salam, “Assalamu’alaikum”, “Bismillahirrahmanirrahim”, “Alhamdulillah”, “Masyaallah”, “Insya Allah” dan sebagainya.
Pada zaman penjajahan Belanda sebelum tulisan latin diajarkan di sekolah-sekolah, tulisan Arab telah dipergunakan dalam surat-menyurat. Bahkan di kampung-kampung pada umumnya sampai zaman permulaan kemerdekaan banyak orang yang masih buta huruf tulisan latin tetapi merka tidak buta huruf tulisan Arab. Ini dikarenakan mereka dapat membaca tulisan Arab untuk membaca Al Qur’an maupun membaca surat dalam bahasa daerah dengan tulisan Arab. Oleh karena itu untuk menyesuaikan huruf Arab dengan ejaan Indonesia atau bahasa Daerah yang ditulis dengan ejaan Indonesia ada penambahan tanda baca baru yang tidak terdapat dalam bahasa Arab yang berlaku di Negara Arab seperti : huruf p ditulis huruf fa bertitik tiga, ng ditulis dengan ‘ain bertitik tiga, ny ditulis ya bertitik tiga di bawahnya atau nun bertitik tiga.
Dengan mendalami Bahasa Arab, perasaan agama islam pada sebagian besar bangsa Indonesia, maka penggunaan kalimat-kalimat yang berisi ayat-ayat Al Qur’an atau hadits Nabi SAW sering kali dijumpai pada bangunan masjid dan di rumah-rumah kaum muslim yang difungsikan sebagai hiasan dinding. Bukan hanya itu, sekarang saja di kendaraan umum maupun pribadi tertera tulisan, “Bismillahirrahmanirrahim”. Ini juga berisi anjuran atau peringatan tentang ajaran Islam yang terkandung didalamnya.
Kesustraan Indonesia pada zaman pujangga lama banyak ditulis dengan huruf Arab Melayu yang banyak menggunakan kata-kata berasal dari bahasa Arab, maka mempelajari bahasa Arab dapat menjadi kunci untuk menggali kesustraan Indonesia lama. Karen banyaknya kata-kata Arab yang digunakan atau yang telah diambil  menjadi kata-kata dalam bahasa Indonesia sekarang. Maka mempelajari bahasa Arab juga menjadi kunci untuk mempelajari pengetahuan kesustraan Indonesia lama dan pengembangan kosa kata yang diperlukan dalam perkembangan bahasa Indonesia pada masa sekarang.

5. Bahasa Arab sebagai Bahasa Paling Tua
Sebagai bahasa yang sudah tua dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 persamaan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata 'anjing' memiliki 100-an padanan kata.
Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur'an.

6. Bahasa Arab tetap eksis
Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah. Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan 'mbah buyut'-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris di zamannya. Mengapa?
Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.
Yang demikian itu tidak pernah terjadi pada bahasa Arab. Bahasa yang diucapkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai orang arab yang hidup di abad ke-7 masih utuh dan sama dengan bahasa yang dipakai oleh Raja Abdullah, penguasa Saudi Arabia di abad 21 ini. Kalau seandainya keduanya bertemu dengan mesin waktu, mereka bisa 'ngobrol ngalor ngidul' hingga subuh dengan menggunakan bahasa arab.
Dengan kenyataan seperti ini, wajarlah bila Allah SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur'an Al-Kariem yang abadi. Kalau tidak, boleh jadi Al-Qur'an sudah musnah seiring dengan musnahnya bahasanya.

7. Bahasa Arab memiliki informasi yang padat dalam huruf yang singkat
Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kemampuannya menampung informasi yang padat di dalam huruf-huruf yang singkat. Sebuah ungkapan yang hanya terdiri dari dua atau tiga kata dalam bahasa arab, mampu memberikan penjelasan yang sangat luas dan mendalam. Sebuah kemampuan yang tidak pernah ada di dalam bahasa lain.
Makanya, belum pernah ada terjemahan Al-Qur'an yang bisa dibuat dengan lebih singkat dari bahasa arab aslinya. Semua bahasa umat manusia akan bertele-tele dan berpanjang-panjang ketika menguraikan isi kandungan tiap ayat. Sebagai contoh, lafadz 'ain dalam bahasa arab artinya 'mata', ternyata punya makna lain yang sangat banyak. Kalau kita buka kamus dan kita telusuri kata ini, selain bermakna mata juga punya sekian banyak makna lainnya. Di dalam kamus kita mendapati makna lainnya, seperti manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.
Bahasa lain tidak punya makna yang sedemikian padat yang hanya terhimpun dalam satu kata dan hurufnya hanya ada tiga.

8. Bahasa Arab mudah dihafal
Sesuai dengan fungsi Al-Qur'an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur'an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya.
Dan kalau beragam petunjuk yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab. Karena bahasa itu mampu mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa dihafalkan di luar kepala.
Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya?

9. Keindahan sastra Bahasa Arab
Salah satu keunikan bahasa arab adalah keindahan sastranya tanpa kehilangan kekuatan materi kandungannya. Sedangkan bahasa lain hanya mampu salah satunya. Kalau bahasanya indah, kandungan isinya menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kalau isinya informatif maka penyajiannya menjadi tidak asyik diucapkan.
Ada sebuah pintu perlintasan kereta api yang modern di Solo. Setiap kali ada kereta mau lewat, secara otomatis terdengar rekaman suara yang membacakan peraturan yang terkait dengan aturan perlintasan kereta. Awalnya, masyarakat senang mendengarkannya, tapi ketika setiap kali kereta mau lewat, suara itu terdengar lagi, maka orang-orang menjadi jenuh dan bosan. Bahkan mereka malah merasa terganggu dengan rekaman suara itu. Ada-ada saja komentar orang kalau mendengar rekaman itu berbunyi secara otomatis.
Tapi lihatlah surat Al-Fatihah, dibaca orang ribuan kali baik di dalam shalat atau di luar shalat, belum pernah ada orang yang merasa bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Bahkan bacaan Al-Qur'an itu begitu sejuk di hati, indah dan menghanyutkan. Itu baru pendengar yang buta bahasa arab. Sedangkan pendengar yang mengerti bahasa arab, pasti ketagihan kalau mendengarnya.Bahkan para2 syekh2 atau orang yg bnar2 paham bahasa Arab kita lihat bila sholat atau berdoa smpai menangis.Kita semua tahu kisah2 ttg Rasulullah dan sahabat2 beliau waktu menangis saat membaca Al Quran,bahkan kita tahu Umar Ibn Khattab yang pribadinya keras(sebelum masuk islam) hatinya luluh saat mendengar QS Toha dibacakan.
Tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa tetap terdengar indah ketika dibacakan, namun tetap mengandung informasi kandungan yang kaya, kecuali bahasa arab. Maka wajarlah bila Alloh SWT berfirman dengan bahasa arab.

C. PENUTUP
Dengan memperhatikan beberapa penjelasan seperti dijelaskan diatas maka dalam mempelajari Bahasa Arab di Indonesia tidak hanya bermanfaat untuk memahami ajaran agama Islam dan kebudayaan Islam tapi juga bermanfaat untuk mengetahui pengaruh dan peranan bahasa Arab dalam perkembangan kebudayaan nasional Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya menganut agama islam. Begitu dengan bahasa Arab sendiri yang demikian unik dan harus dikuasai oleh setiap muslim.

D. DAFTAR PUSTAKA
Sumardi, Mulyanto dan Kafrawi, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam, Yogyakarta, 1976.
Anshor, Ahmad Muhtadi, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-Metodenya, Yogyakarta : Sukses Offset, 2009
Allamudin al Faruq, Kelebihan Bahasa Arab dengan Bahasa yang Lain, Browser blog. 2010

BAB 3
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN BAHASA ARAB

Dalam mempelajari bahasa Arab bagi pelajar khususnya non Arab tentunya tidak akan lepas dari kesulitan-kesulitan yang muncul dalam proses belajar. Problematika sendiri menurut Prof. Dr. Sugiono (MPP, Bandung. 2010. 52) menyebutkan bahwa, problem atau masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa-apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan dan antara rencana dan pelaksanaan.
Acep Hermawan, dalam bukunya, Metoe PEMBELAJARAN Bahasa Arab (Bandung.2011.100) membagi problematika pembelajaran Bahasa Arab menjdi dua, yaitu:

A. ASPEK LINGUISTIK
a)      Lafal/bunyi (transliterasi)
Hal yang harus diperhatikan oleh pelajar bahasa Arab, khususnya bagi para pemula yaitu dalam tatabunyi. Ada beberapa problem tentang fonem yang tidak ada persamaannya dengan bahasa Indonesia khususnya. Misalkan : tsa, kha, dhad, sha, tha, zha, ‘ain, ghain, dll. Dari contoh kata-kata tadi perlu adanya latihan yang teratur dan membutuhkan waktu yang lama. Kata-kata seperti itu menjadi sulit bagi pelajar non arab, sehingga apabila kata itu masuk ke dalam bahasa Arab akan berubah dalam pengucapannya. Misal kata : “Zalim” menjadi “lalim”, “Waqt” menjadi “waktu”, “Qolb” menjadi “kalbu”,dsb. Dan fonem Indonesia tidak ada persamaannya dalam Bahasa Arab, seperti huruf “ng”, “p”, “g”. Sehingga kalau orang Arab mengucapkan kata “Jepang” menjadi “Yaban”, “Mongol” menjadi “Moghol” dsb.


b)      Kosa kata (makna)
Kosa kata Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia setidaknya mampu membantu dalam menghafal mufrodat, namun kata serapan itu dapat menimbulkan berbagai persoalan, diantaranya:
1.      Pergeseran arti
Seperti masyarakat yang berasal dari kata ‘Musyaarakah’ yang dalam bahasa Arab berarti : keikut sertaan, partisipasi. Sedangkan dalam bahasa Indonesia mermakna mujtama’ dalam bahasa Arab.
2.      Lafadnya berubah dari bunyi aslinya
Seperti kata “kabar” dari kata “kkhobar” dan kata “mungkin” dari “mumkin”.
3.      Lafadnya tetap, tetapi maknanya berbeda.
Contohnya: kalimat dalam bahasa Indonesia adalah susunan dari kata-kata yang bisa memberikan pengertian, sedangkan dalam bahasa Arab, kalimat adalah kata.

Mengenai problematika dalam kosa kata perlu diketahui bahwa banyak bentuk saraf dalam bahasa Arab yang tidak ada dalam bahasa Indonesia, misalnya perubahan dari satu kata pada kata yang lain menimbulkan makna yang berbeda dari satu akar kata. Misalnya : Fataha (fi’il madzi), yaftahu (fi’il mudhori’), fath (masdar), faith (isim fa’il), maftuh (isim maf’ul) dan miftah (isim alat).

c)      Struktur bahasa (tata kalimat)
Untuk bisa membaca teks Arab dengan benar, para pelajar harus mampu menguasai ilmu nahwu dan saraf supaya mengetahui maksud yang terkandung didalamnya. Kalimat juga terdiri dari almuthabaqah (kesesuaian) seperti mubtada dan khobar, sifat dan maushuf, dan al muqi’iyyah (tata urut kata) seperti fi’iil (kata kerja) harus di depan atau mendahului fa’il dan khobar terletak sesudah mubtada. Oleh karena itu sebaiknya seorang guru member perhatian yang lebih supaya mereka mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

d)     Tulisan
Tulisan Arab dengan tulisan Indonesia sangatlah berbedda, hal itu menjadi kendala tersendiri bagi para pelajar. Tulisan latin dimulai dari kiri ke kanan sedangkan tulisan Arab dari kanan ke kiri. Tulisan latin memiliki dua bentuk yaitu capital dan kecil. Sedangkan tulisan Arab memiliki beberapa bentuk, yaitu bentuk berdiri sendiri, awal, tengah dan akhir.

B. ASPEK NON LINGUISTIK
a)      Sosio-Kultural
Bagi pelajar non Arab, diharapkan mampu mengenal dan memahami sosial dan budaya orang Arab itu sendiri supaya tidak akan muncul kesulitan untuk memahami ungkapan-ungkapan, istilah-istilah yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Contohnya ungkapan : “Qobla arrimaa’ tumla’u al kanaain” terjemahan harfiahnya adalah ‘Sebelum memanah penuhi dulu tempat anak panah’. Peribahasa ini sama maknanya dengan bahasa Indonesia yaitu, “Sedia paying sebelum hujan”.
Peribahasa di atas dilator belakangi oleh sosio-kultural Arab, dahulu sosio-kultural Arab sering mengadakan perang, sedangkan Indonesia sering mengalami hujan sehingga menggunakan peribahasa itu.

b)      Buku Ajar
Hal yang sangat penting yaitu dalam pemilihan buku ajar yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab. Prinsip-prinsip dalam buku ajar ini ada 3 macam, yaitu : pertama seleksi, yakni perlu adanya pemilihan materi ajar dalam tingkat tertentu. Yang kedua gradasi, yakni berjenjang dalam penyajian, dimulai dari materi yang mudah kemudian ke materi yang sulit. Yang ketiga korelasi, yakni setiap unit yang disajikan harus memiliki kaitan yang saling menguatkan menjadi padu dan utuh.

c)      Lingkungan Sosial
Belajar bahasa yang efektif adalah membawa mereka ke dalam lingkungan yang mereka pelajari. Lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, bermain, maupun masyarakat tentu sangat berpengaruh terhadap kemahiran seseorang dalam berbahasa. Hal ini disebabkan sekelompok manusia akan terbiasa menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus-menerus untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ada di dalam hati.

d)     Faktor Psikologis
Problem psikologis yang penulis maksudkan disini adalah motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran bahasa Arab mutlak dibutuhkan, karena untuk mempelajari bahasa asing yang jelas berbeda dengan bahasa ibu yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Tanpa motivasi belajar yang tinggi, seseorang akan mudah menyerah dari usahanya untuk bisa.
Sebagaimana menurut Sumardi Suryabrata (Psikologi Pendidikan : Jakarta.101), motivasi merupakan suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.

e)      Faktor metodologis
Penguasaan dan ketetapan pemilihan metode dan strategi oleh guru tidak dapat dianggap sepele, karena pelajar termotivasi atau tidaknya, mudah atau tidaknya dalam menerima materi pelajaran bahasa Arab juga dipengaruhi oleh metode dan strategi apa yang digunakan oleh guru. Jika dikaitkan dengan belajar maka siswa cenderung berusaha mendekati hal-hal yang menyenangkan sehingga penting bagi guru untuk menyampaikan materi dengan metode yang menyenangkan bagi para siswanya.

Adapun aspek lingustik dan non lingistik yang lain yaitu:
Aspek linguistic :
1. Tajwid
2. Tanda baca
Aspek non linguistic :
  1. Kemampuan/ kompetensi guru dalam menyampaikan
  2. Input siswa
  3. Sarana dan prasarana
  4. Waktu

BAB 4
TUJUAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

Dilihat dari segi pengajaran sebagai tujuan pengajaran bahasa Arab pada fakultas-fakulta tertentu seperti Syari’ah, Usuludin, Dakwah dan Tarbiyah jurusan pendidikan agama adalah sebagai alat yang membantu keahlian lain yang dipelajari. Sedangkan pengajaran bahasa Arab pada fakultas Adab dan fakultas Tarbiyah jurusab bahasa Arab, masing-masing dimaksudkan untuk menghasilkan ahli bahasa dan pelajaran yang mampu mengerjakan bahasa Arab.
Tujuan program pengajaran bahasa Arab seperti yang tercantum dalam kurikulum lembaga bahasa yang biasa disebut dengan tujuan kurikulum, diantaranya:
1.      Agar mahasiswa mampu memahami bahasa Arab, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif).
2.      Agar mahasiswa mampu mengutarakan perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan (ekspresif)

Kedua rumusan tujuan kurikulum tersebut diatas menentukan materi pelajaran yang harus disajikan, yaitu hendaknya mencangkup aspek-aspek kebahasaan, yaitu:
a.       Aspek tata bunyi
b.      Aspek kosa kata
c.       Aspek tata kalimat dan
d.      Aspek tulisan

Tujuan kurikulum ini masih bersifat umum yang harus dijabarkan lebih terperinci lagi menjadi tujuan masing-masing dan keempat segi kemampuan. Tujuan yang terperinci ini disebut sebagai tujuan interaksional. Misalnya saja tujuan kemahiran menyimak yaitu agar mahasiswa mampu memahami bahasa Arab melalui pendengaran. Adapun tujuan intraksionalnya adalah sebagai berikut :
a.       Agar siswa dapat mengenali bunyi-bunyi bahasa
b.      Agar siswa dapat memahami ungkapan bahasa arab, dsb.

Tujuan pengajaran Bahasa Arab yang bersifat reseptif dan ekspresif itu agar para siswa dapat aktif menggunakan bahasa Arab secara lisan dan tulisan. Tujuan ini terutama untuk tingkat permulaan, kemudian tingkat menengah dicapai dengan All in One System. Sedangkan untuk tingkat lanjutan dengan sparated system karena pada tingkat ini disamping peningkatan keempat segi kemampuan segi (menyimak, berbicara, membaca dan menulis), perlu pula pendalaman pengetahuan teori tentang bahasa Arab, namun pada prinsipnya untuk tingkat ini masih dipakai Oral Aproch meskipun pelajaran bahasa Arab tingkat menengah sudah dibagi menjadi beberapa matapelajaran, seperti : Balaghoh, Sorof, Insya, Nahwu, Muthalaah, Tarjamah, Khot, Kowa’id, dsb.

BAB 5
PRINSIP PENGAJARAN BAHASA ARAB

Pengajaran menurut Douglas Brown (Person education: 2007. 8) yaitu menunjukan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuaatu, memberi instruksi, membantu dalam pengkajian sesuatu, menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham. Pengajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dengan pengajaran. Pengajaran adalah memandu dan memfasilitasi pembelajaran, memungkinkan pembelajar untuk belajar, menetapkan kondisi-kondisi pembelajaran.
Belajar mengajar bahasa Arab merupakan kegiatan aktif siswa dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam. Oleh karena itu guru bahasa Arab perlu memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai ajaran islam. Cara guru mengajar mempengaruhi cara siswa dalam belajar. Semakin menarik dan bervariasi guru dalam mengajar, semakin tinggi pula minat dan motivasi siswa untuk belajar.

Ada tiga prinsip dasar dalam pengajaran Bahasa Arab, yaitu:
1.      PRINSIP PRIORITAS
Dalam pembelajaran bahasa Arab, ada prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu:
a.  Menyimak dan bercakap dalam membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan bercakap atau berbicara adalah keterampilan yang paling tua diantara empat keterampilan berbahasa. Jauh sebelum manusia mengenal tulisan, keterampilan menyimak dan berbicara sudah digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi dan media pengajaran atau pendidikan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
b.      Mengakarkan kalimat sebelum mengajarkannya.
c.  Menggunakan bahasa yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur bahasa Arab.
\
2.      PRINSIP KOREKTISITAS
Seorang guru hendaknya tidak hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut:
a.       Korektifitas dalam pengajaran fonetik, yaitu melalui latihan pendengaran dan ucapan.
b.      Korektifitas dalam pengajaran sintaksis, yaitu menekankan pada struktur kalimat.
c.       Korektisitas dalam pengajaran semiotic yaitu menekankan pada segi makna.

3.      PRINSIP BERJENJANG
Meliputi tiga jenjang, yaitu :
1.      Jenjang pengajaran mufrodat
Pengajaran mufrodat (kosa kata) hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberi kata sambung.

2.      Jenjang pengajaran qowaid (morfem)
Dalam pengajaran qowaid, baik qowaid nahwu maupun sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan keseharian.

3.      Jenjang pengajaran makna
Hendaknya guru bahasa Arab dalam mengajarkan makna memulai dengan memlih kata-kata atau kalimat-kalimat yang paling banyak digunakan atau peling sering ditemui dalam keseharian mereka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatic.

Selain prinsip-prinsip diatas, ada juga pendapat lain mengenai prinsip-prinsip belajar mengajar bahasa Arab, antara lain:
  1. Berpusat kepada siswa.
  2. Belajar dengan keteladanan dan pembiasaan.
  3. Mengembangkan sosial.
  4. Mengembangkan fitrah bertauhid, keingintahuan dan imajinasi.
  5. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
  6. Mengembangkan kreatifitas siswa
  7. Mengambangkan kepemahaman nilai dan penggunaan ilmu dan teknologi.
  8. Membutuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
  9. Belajar sepanjang hayat.keterpaduan kompetensi, kerja sama dan solidaritas.


BAB 6
USIA YANG SESUAI UNTUK MEMPELAJARI BAHASA ARAB

Dalam pembelajaran Bahasa Arab, usia yang sesuai untuk mempelajarinya dimulai sejak kita lahir dengan kapasitas menakjubkan pada seseorang untuk menguasai kecakapan bahasa asli dalam bertahun-tahun dan terus-menerus mendengar kata-kata yang muncul dalam beragam kalimat melalui kemampuan berbahasa. Jadi anak-anak belajar Bahasa Arab juga melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda dengan orang dewasa. Adapun pada prinsipnya pembagian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tahap Sensorik Motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengalami ketidaktepatan objek. Mereka masih sesuka hati dalam menyebutkan sesuatu yang mereka kehendaki. Dalam usia ini penting juga agar mereka dikenal sedikit demi sedikit tentang Bahasa Arab lewat bahasa ibunya.

b. Tahap pra oprasional (2-7 tahun)
Dalam usia ini anak menggunakan fungsi symbol yang lebih besar. Perkembangan bahasa bertambah secara drastic dengan permainan imajinasi. Dalam masa ini, sang ibu selaku orang terdekat dengan anak harus mampu mengenalkan secara lebih detail tentang bahasa Arab. Misalnya menyebut ibunya dengan ‘Ummi’ dan menyebut ayahnya dengan ‘Abi’. Bukan hanya ibu saja tetapi lingkungan juga harus mendukung, apalagi jika anak tersebut sudah masuk pada usia sekolah. Seorang guru diharuskan paham tentang strategi. Dibawah ini akan sedikit kami sampaikan strategi yang biasa dipakai untuk mengajar bahasa Arab kepada anak-anak, diantaranya :
1.      Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak harus disesuaikan dengan perkembangan anak, bak bidang psikologi maupun intelektual.
2.      Hendaknya pembelajaran Bahasa Arab untuk anak-anak dilakukan secara amaiah, komunikatif, dan menggunakan al wasail al Mu’inah as sam’iyyah al bashoriyyah ( audio visual).
3.      Buku yang digunakan harus disusun sesuai dengan perkembangan jiwa, pikiran dan pertumbuhan bahasa anak. Buku pegangan selayaknya dihiasi dengan berbagai gambar-gambar yang menarik.
4.      Bahasa komunikatif seperti ucapan selamat dan muhadatsah yaumiyyah (percakapan sehari-hari) perlu mendapatkan perhatian sejak permulaan.


BAB 7
TINGKATAN-TINGKATAN DALAM BAHASA ARAB

Pengajaran bahasa Arab sebenarnya sudah lama dilaksanakan di Indonesia, bahkan sebelum diperkenalkannya pengajaran bahasa Inggris. Ini tidak lepas dari hubungn perdagangan antara orang-orang pribumi dengan orang Persia, terutama Timur Tengah yang kemudian menjadi cikal bakal adanya pengajaran bahasa Arab di Indonesia.
Pengajaran bahasa Arab secara formal disajikan di lembaga-lembaga pendidikan agama seperti di MI, MTs. MA dan lembaga swasta maupun yayasan yang lain. Dibawah ini akan dibahas sekilas tentang pembelajaran bahasa Arab di lembaga tersebut.
1. MI (Madrasah Ibtidaiyah)
a.       Materi
Materi yang diajarkan di MI dibedakan menjadi dua, yaitu : pertama, kemahiran barbahasa dan kaidah kebahasaan. Kedua, buku teks atau bahan ajar yang dipergunakan. Walaupun demikian, tidak semua kemahiran kebahasaan itu diajarkan oleh setiap guru.

b.      Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi di MI mengikuti langkah-langkah yang ada di buku. Sebagian besar para guru mengkombinasikan dengan tambagan variasi sebagai berikut :
1. Peragaan dengan gambar
2. Memberi makna pada bacaan
3. Pengembangan Bahasa Arab mandiri
4. Mengembangkan metode hafalan
5. Memanfaatkan hal-hal yang ada di kelas.

c.       Media
Media yang digunakan bermacam-macam, diantaranya : gambar, benda asli, benda tiruan, peta, kaset rekaman, dll.

d.      Evaluasi
Evaluasi dilaksanaka : setiap selesai pokok bahasan, ulangan sisipan, ulangan tengah semesteran juga ulangan semesteran. Kebanyakan evaluasi berbentuk tulisan yang dibuat uraian.

2. MTs
a.       Materi
Materi bahasa Arab yang diajarkan di MTs diperoleh dari buku teks wajib yang berupa LKS. Di dalamnya dipelajari mengenai kompetensi linguistic yang meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu : menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

b.      Metode
Metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode gabungan (ekletik). Selain itu guru juga menerapkan metode pengajaran diluar kelas dalam bentuk kelompok belajar.

c.       Media
Media yang dipakai dalam proses belajar mengajar adalah : gambar, televise, LCD, benda tiruan, benda asli, media alami seperti area bermain pun bisa dimanfaatkan.

d.      Evaluasi
Evaluasi diselenggarakan pada setiap unit pelajaran, tiap bulan, tengah semester dan ujian akhir semester.

3. MA (Madrasah Aliyah)
Materi pembelajaran Bahasa Arab di MA dan lembaga pendidikann yang lain, pada umumnya bertujuan agar peserta didik memiliki tiga kompetensi bahasa, yaitu : Linguistik, Komunikatif serta kompetensi budaya Arab.
a.       Materi
1.      Latihan pokok
Terdiri dari berbagai materi yitu:
a)      Mufrodat
Bagian ini meliputi mufrodat baru yang mencapai 25-30 kata dan ungkapan. Dalam pengajaran, digunakan gambar atau media lain yang tepat agar siswa dapat menggunakan mufrodat dalam kalimat dengan tepat. Disini guru memberikan tugas kepada anak didik untuk mencari arti dari mufrodat yang telah atau akan diajarkan, dan kemudian siswa menjelskannya.
b)      Hiwar
Materi latihan dalam bentuk percakapan ini bertujuan agar murid dengan bimbingan guru dapat melakukan percakapan dengan menggunakan mufrodat dan ungkapan yang telah dikenalkan dalam mufrodat. Penggunaan hiwar diharapkan berkembang menjadi keterampilan menyusun kalimat terlebih jika didukung oleh lingkungan yang kondusif di madrasah.
c)      Qiro’ah
Materi kiro’ah disusun sebagai pengembangan dalam bentuk paparan dari materi mufrodat dan hiwar. Pembelajaran dengan bimbingan dari guru dimulai dengan Tanya jawab tentang kandungan bacaan secara umum, diikuti dengan kegiatan menirukan, membaca secara bergiliran, serta memahami bahasn bacaan dengan teknik tanya jawab.
d)     Tarkib
Materi tarkib dipelajari dengan langkah-langkah induksi dan deduksi atau memadukan kedua metode itu sesuai dengan karakteristik tarqib yang dipelajari.

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk insya, dimaksudkan untuk memantapkan penguasaan dalam kata/struktur kalimat dan bentuk mufrodat yang telah dipelajari dalam tarkib dan qiro’ah dan materi pelajaran-pelajaran sebelumnya.

2.      Latihan menyimak
Mengingat jam pengajaran yang sangat minim, maka tidak disediakan materi tersendiri untuk mengembangkan keterampilan … , melainkan diharapkan para guru mengintegrasikan ke dalam kegiatan … dan … Tadribat ini disediakan untuk pemantapan dan evaluasi penguasaan siswa dalam mengidentifikasi bunyi kata, bungi ungkapan dan bunyi kalimat, serta dalam memahami makna kata dan kalimat yang diperdengarkan.

3.      Latihan umum
… dapat difungsikan sebagai media latihan dan sebagai alat evaluasi yang meliputi materi yang sudah diajarkan.

4.      Pelajaran pengayaan
Bagian ini meliputi mufrodat dn ungkapan-ungkapan komunikatif atau tarqib untuk memperkaya keterampilan berbahasa lisan bagi siswa.

5.      Daftar kata
Siswa sejak awal perlu dibiasakan mencari sedikit makna suatu kata, terutama ketika belajar sendiri di rumah, supaya mereka terdorong untuk menggunakan kamus pelajar.

b.      Metode
Metode yang diterapkan di MA kebanyakan dengan metode menyimak, berbicara, qiro’ah/membaca, menulis dan tarjamah, serta sebagian pengajar menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Arab di MA yaitu :
1. Keterampilan membaca sebagai tujuan inti.
2. situasi dan kondisi pengajaran perlu diperhatikan.
3. fasilitas yang meungkinkan untuk mempelajari bahasa Arab.

c.       Media
Media bisa menggunakan LCD, Monitor TV maupun Komputer, Gambar, Kartu, benda-benda juga alam pun bisa dijadikan media alami yang lebih mudah didapatkan.

d.      Evaluasi
Evaluasi pengajaran dilakukan setiap akhir unit pelajaran dan jenis tes yang digunakan meliputi tes tertulis dan tes lesan.


BAB 8
KITAB-KITAB POKOK BAHASA ARAB

Buku pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah sebagai buku penunjang kegiatan belajar mengajar. Buku pelajaran pada prosesnya memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa karena buku pelajaran merupakan pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran.
Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku pelajaran. Hal ini dapat dipahami karena penerbit buku pelajaran memiliki sebuah kepastian konsumen yaitu para siswa. Karena banyaknya terbitan buku teks pelajaran yang ada, maka sebelum menentukan buku mana yang akan dipakai, terlebih dahulu kita menilai kualitas buku yang ada.
Beberapa faktor yang dapat kita jadikan bahan penilaian terhadap sebuah buku pelajaran. Kelayakan isi dan kelayakan penyajian merupakan hal yang perlu diperhatikan dari  buku teks yang akan dipilih karena kedua hal tersebut menentukan kualitas dan kesesuaiannya jika diterapkan pada siswa.
Adapun yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
A.    KELAYAKAN ISI
Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku pelajaran. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian urian materi dengan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) keakuratan materi dan materi pendukung.

1.      Kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD
Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diterapkan oleh BSNP dalam standar isi. Kesesuaian materi ini meliputi kelengkapan materi dan kedalaman materi yang disajikan.
a.       Kelengkapan materi
Materi yang disajikan mencangkup semua materi yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tanp menyebutkan SK dan KD secara eksplisit. Adapun kelengkapan materi itu meliputi:
1)      Wacana
Wacana dapat berupa percakapan, karangan atau laporan utuh. Misalkan: cerpen, novel, buku, artikel, pidato, khotbah atau puisi yang merupakan materi utama yang harus ada dalam buku teks pelajaran Bahasa Arab.
Wacana biasanya diawali uraian materi setiap BAB. Berdasarkan pada wacana itulah uraian materi, pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan dan implikasi wacana dibahas. Wacana yang disajikan mencangkup ruang lingkup yang ada dalam standar isi berupa empat aspek keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis) mulai dari pengenalan konsep sesuai dengan tuntutan yang ada di  SK maupun KD pelajaran bahasa Arab.

2)      Pemahaman wacana
Pemahaman wacna merupakan tahapan lanjut setelah membaca dan menyimak wacana. Pemahaman wacana berisi perintah, tugas atau pelatihan yang mengarahkan peserta didik untuk memahami isi/ pesan dari wacana.

3)      Fakta kebahasaan/kesastraan
Uraian materi berisi fakta kebahasaan meliputi: kalimat, kosa kata, istilah, ungkapan, peribahasa atau kesustraan sesuai tuntutan SK dan KD.

4)      Implikasi wacana
Implikasi wacana merupakan unsur di luar wacana. Ini berupa antologi, perbandingan, kesejajaran wacana yang mampu memperkuat penyampaian materi sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Implikasi wacana berisi konsep dasar keleluasaan materi melalui pelatihan, tugas dan kegiatan mandiri sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah.


b.      Kedalaman materi
Materi memberikan ketuntasan belajar sesuai dengan tingkat pendidikan dan sesuai dengan SK dan KD. Tingkat kesulitan konsep sesuai dengan perkembangan peserta didik dan tidak ada tumpang tindih antar kelas maupun antar jenjang pendidikan. Menurut Abd. Rachman Saleh, dalam bukunya, “Sistem Pengajaran Bahasa Arab di Lembaga Pendidikan Formal, dalam Mimbar Ulama”, tata urut materi pembelajaran bahasa Arab adalah urutanmateri pelajaran yang logis berdasarkan tingkat kesulitannya, dari yang konkret kepada yang abstrak, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks dan dari yang mudah kepada yang sukar (Abd. Rachman Saleh,1998:10).
Kedalaman materi meliputi:
1)      Kesesuaian wacana
Mengacu pada ruang lingkup yang ada dalam standar isi (empat aspek keterampilan bahasa meliputi kemampuan: mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis). Wujud uraian mulai pengembangan konsep sampai dengan interaksi antar konsep dan memperhatikan tuntutan SK dan KD. Tingkat kesulitan disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik yang lebih menekankan pada concrete-operational dan system operations.

2)      Kuantitas wacana
Ditunjukan oleh jumlah minimal yang sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Untuk mencapai kedalaman mater, maka kuantitas wacana ditentukan oleh pengembangan atau penambahan dengan jenis wacana lain yang dapat berfungsi sebagai pembanding, penjelas, analogi, atau kebutuhan lain yang sejalan dengan tuntutan materi. Dengan demikian, materi yang dsajikan memuat sumber-sumber tambahan itu mencerminkan kontinuitas, dengan kedalaman spiralitas pengembangan materi. Materi yang ditampilkan menjadi lebih menarik dan inovatif serta memotivasi peserta didik senang belajar.

3)      Kualitas wacana
Kualitas wacana mencerminkan kedalaman materi yang ditentukan oleh keaktualan, kemutakhiran, kefaktualan dan keariatifann topic. Kualitas wacana mencerminkan kedalaman isi/pesan dengan spiritualitas pengembangan materi pelajaran bahasa.

2.      Keakuratan materi
Setelah materi memiliki kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan pemilih materi yang digunakan juga harus akurat. Jangan sampai ketika membahas kompetensi dasar tertentu, materi yang disajikan kurang relevan terhadap pencapaian kompetensi dasar. Keakuratan materi dalam buku teks bahasa Arab tercermin dari hal-hal berikut:
a.       Keakuratan dalam pemilihan wacana
Wacana yang disajikan berdasarkan kenyataan yang ada (factual) serta sedang hangat dibicarakan (actual) dengan menyebutkan sumber yang jelas sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik.

b.      Keakuratan dalam konsep dan teori
Konsep dan teori yang disajikan untuk mencapai KD sesuai dengan definisi, sesuai dengan bidang keilmuan dalam artian linguistic tidak menimbulkan banyak tafsiran dan ilmu sastra digunakan secara tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan banyak tafsir.

c.       Keakuratan dalam pemilihan contoh
Uraian dan contoh menanamkan keruntutan konsep yang mudah, sukar, konkret, abstrak, sederhana, kompleks yang telah dikenal dan belum dikenal. Pembelajaran bahasa Arab sebenarnya mengikuti teori pembelajaran bahasa, karena prinsip umum pembelajaran masing-masing bahasa sama, khususnya dalam jenis materi yang harus diajarkan lebih dulu. Misalnya kosa kata harus dimiliki lebih dulu senbelum mempelajari suatu kalimat yang komplek dan penyimakan pasti lebih dulu diajarkan dari pada pembicaraan, karena seseorang pasti mengerti lebih dulu melalui penyimakan, kemudian mengucapkannya. Pengenalan terhadap kos kata juga dimulai dengan hal, barang dan perkakas yang biasa dilihat pelajar tiap hari atau pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh pelajar. Seperti : duduk, berdiri, makan, minum dan sebagainya (Mahmus Yunus, 1979: 22)

d.      Keakuratan dalam pelatihan
Pelatihan yang disajikan diawali dari konsep yang sederhana berkembang ke yang komleks, konkret ke abstrak, mudah ke sulit, lingkungan dekat ke yang jauh secara bertahap dan berkesinambungan (continuity) sesuai dengan prisip proses belajar.

3.      Materi pendukung pembelajaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pendukung dalam buku teks yaitu:
v Kesesuaian dengan perkembangan ilmu. Materi yang disajikan dalam buku up to date sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang relevan dengan tingkat kognisi peserta didik.
v Kesesuaian fitur, contoh dan rujukan. Wacana dan pengembangannya memperlihatkan fitur, gambar, contoh atau ilustrasi yang mencerminkan peristiwa atau kejadian nyata, diutamakan yang mutakhir yang dapat dilihat dan dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.


B.     KELAYAKAN PENYAJIAN
Kelayakan penyajian meliputi:
1.      Teknik penyajian
Penyajian merupakan bagaimana sesuatu itu dikemas. Penyajian yang baik, teratur, runtut secara konsep, akan membuat buku bagus dan menarik. Bahkan dalam kaitannya dengan buku teks, penyajian isi atau materi buku memiliki peranan yang sangat penting karena berhubungan dengan konsep berpikir siswa. Teknik penyajian buku itu setidaknya berpedoman pada:
a.       Kekonsistenan sistematika penyajian
Sistematika penyajian disampaiakan secara jelas, focus, dan taat asas dalam setiap bab, yakni:
Ø Bagian pendahuluan yang berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, carabelajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik.
Ø Bagian isi, berisi uraian, wacana, pelatihan, ilustrasi, gambar dan pendukung lain.
Ø Bagian penutup, terdiri dari rangkuman dan saran.
Ø Relevan dengan pokok bahasan sehingga mampu membangkitkan rasa senang siswa dalam belajar.

b.      Keruntutan konsep
Uraian, latihan, contoh dalam hal materi kebahasaan dan kesustraan yang disajikan ada hubungan satu dengan yang lain sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar keilmuan secara terintegrasi dan holistic sesuai tuntutan KD.

c.       Keseimbangan antar BAB
Uraian substansi antarbab (tercermin dalam jumlah halaman), proporsional dengan mempertimbangkan KD yang didukung dengan beberapa pelatihan, contoh, ilustrasi atau gambar secara seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pokok bahasan.

2.      Penyajian pembelajaran
Selain penyajian atau urutan penulisan dalam buku, penyajian juga berhubungan dengan penyajian pembelajaran. Buku teks bukan hanya sekedar menyajikan materi yang dikumpulkan melainkan juga menyajikan bagaimana materi tersebut dipelajari siswa. Bagaimana siswa hendaknya bersikap ketika mengikuti pembelajaran juga harus termuat dalam buku teks pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian pembelajaran dalam buku teks antara lain:
a.       Keterpusatan pada peserta didik
Sajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran sehingga uraian dalam buku perlu didukung oleh kegiatan yang mampu membentuk kemandirian belajar peserta didik, misalnya dengan tugas-tugas mandiri. Penyajian materi bersifat bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional dalam pencapaian SK dan KD sehingga antar peserta didik termotiasi untuk belajar secara komprehensif tentang berbagai persoalan kebahasaan dan kesustraan.

b.      Keterangsangan metakognisi peserta didik
Sajian materi dapat mengembangkan motivasi belajar peserta didik dan merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif tentang apa, mengapa dan bagaimana mempelajari dengan rasa senang. Kerangsangan daya imajinasi dan kreasi berpikir peserta didik, penyajian materi apat merangsang daya imajinasi dan kreasi berfikir peserta didik melalui ilustrasi, analisis kasus, dan latihan.

c.       Bagian pendahuluan
Pendahuluan berisi pengantar materi setiap bab. Biasanya pendahuluan memuat tujuan yang hendak dicapai melalui sajian bab, materi dan pelatihan yang akan dibahas pada bab tersebut.

d.      Bagian isi
Bagian isi adalah bagian yang memuat keseluruhan materi yang memuat SK dan KD. Perincian yang paling lengkap ada pada bagian isi mulai dari bab, sub bab sampai sub bab-sub bab dengan pengembangannya, serta rangkuman setiap bab.

e.       Bagian penutup
Bagian penutup berisi rujukan, daftar pustaka, indeks, glosarium dan evaluasi.

3.      Pendukung penyajian
Meliputi:
a)      Pengantar
Uraian pada awal buku berisi tujuan penulisan, cara belajar yang harus diikuti, mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang akan dipaparkan, sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajr lebih jauh tentang isi buku.
b)      Pendahuluan
Ada uraian singkat yang mendeskripsikan isi bab sesuai dengan SK dan KD yang biasanya ditampilkan dalam bentuk table tanpa mengeksplisitkan judul pendahuluan.
c)      Daftar transliterasi Arab-Latin
Daftar ini bersumber pada acuan ilmiah tertentu dan dipakai secara konsisten.
d)     Glosarium
Glosarium berisi daftar istilah Arab maupun istilah umum penting dalam teks dengan penjelasan arti istilah tersebut dan disusun secara alfabetis.
e)      Indeks
Indeks merupakan daftar kata penting yang diikuti dengan nomor halaman pemunculannya.
f)       Daftar Pustakan
Daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan buku tersebut dengan disusun menurut aturan yang baku, misalnya diawali dengan nama pengarang yang disusun secara alfabetis, tahun penerbitan, judul buku/majalah/makalah/artikel, tempat dan nama penerbit, nama dan lokasi situs internet serta tanggal akses situs jika memakai acuan yng memiliki situs. Pustaka berbahas Arab disajikan dan dikelompokan secara terpish dengan tulisan atau font Arab.

Poin-poin diatas merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menilai sebuah buku teks sebelum merekomendasikannya kepada siswa. Jika dapat menilai dengan baik dan objektif tentang buku yang akan diperoleh adalah buku yang memang terbaik dan cocok untuk diterapkan pada siswa.
Buku yang baik akan mempercepat siswa memahami atau mendapat ilmu. Dan ilmu yang baik adalah ilmu yang dapat dimanfaatkan. Jadi menyeleksi adalah pekerjaan yang mendatangkan manfaat.


BAB 9
TEORI KESATUAN DAN CABANG ILMU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab, hal yang penting dalam proses pembelajaran adalah guru mampu berasumsi mengenai bahasa tersebut. Dalam hal ini sering disebut “pendekatan”. Setelah itu guru mampu menganalisis mengenai metode yang akan digunakan dan juga teknik yang diajarkan dalam kelas serta media pembelajaran yang diperlukan.
Berkenaan dengan asumsi awal guru, ini berkaitan dengan adanya system terpadu dan terpisah dalam pembelajaran bahas Arab. Karena dari pendekatan tersebut akan menentukan metode yang akan diajarkan sehingga sesuai dengan kondisi siswa.

Sistem pembelajaran bahasa Arab dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
A.    Sistem Kesatuan (Nizham Al-Wihdah Atau All In One System)
System ini memandang bahasa Arab sebagai kesatuan dari beberapa unit yang saling menguatkan, bukan cabang-cabang yang berdiri sendiri (Acep Hermawan:111).
Dalam system ini bahasa dipandang sebagai suatu kesatuan utuh yang saling berhubungan dan memandang bahasa Arab sebagai sebuah pelajaran yang terdiri atas bagian-bagian integral yang saling menguatkan satu sama lain. Oleh karena itu, hanya ada satu mata pelajaran yaitu bahasa Arab, satu pertemuan, satu buku dan satu evaluasi sehingga menjadi satu nilai hasil belajar.
Karakteristik system kesatuan, antara lain:
1.      Semua unit bersumber dari satu silabus, satu buku dan buku sebagai silabus.
2.      Semua unit diajarkan dalam alokasi waktu yang sama sebagai waktu pembelajaran bahasa Arab.
3.      Semua unit diajarkan oleh guru yang sama sebagai guru bahasa Arab.
4.      Dalam penilaian, guru memberikan nilai akhir bahasa Arab, bukan setiap unit sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Unit-unit dalam system kesatuan yaitu sebagai berikut:
a.       Dialog (Al-hiwar/Muhadatsah)
Merupakan aspek kegiatan mempraktekan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat-kalimat untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara (Acep Hermawan: 115). Tujuan pelajaran ini adalah agar anak didik mampu berkomunikasi lisan secara baik dan akrab dengan bahasa yang mereka pelajari.

b.      Struktur (At-Takrib)
Adalah materi tata bahasa (al-qawa’id) yang diberikan untuk membantu anak didik dalam menyusun kalimat dengan benar. Aspek ini menjalin keterikatan dalam pembelajaran al Khiwar juga, dimana penyusunan kalimat yang dipelajari dalam qowa’id, kosa kata yang dipelajari dalam al-khiwar, maka penyajian al-khiwar dengan baik akan membantu penguasaan siswa dalam at-takrib. Penyusunan kalimat yang benar akan sangat membantu dalam penguasaan Al-khiwar yang baik.

c.       Membaca (Al-Qiro’ah)
Yaitu memahami bacaan atau disebut juga dengan fahm al-maqru’. Kegiatan membaca pada hakikatnya adalah memahami isi bacaan yang tertulis.

d.      Menulis (Al-kitabah)
Merupakan materi ekspresi dalam bentuk tulisan. Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau mengungkapkan gagasan atau ide. Mulai dari aspek sederhana seperti menulis kata-kata (al-imla), menulis indah (al-khat) atau kepada aspek yang komleks yaitu mengarang (insya).


e.       Al-mahfudhat wal tadzawwuq al adabi
Merupakan hafalan kalimat-kalimat di luar kepala. Kalimat-kalimat tersebut pada umumnya adalah karya sastra, baik puisi maupun prosa yang memiliki nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Kelebihan system ini adalah landasan teoritisnya kuat, baik teori psikologisnya, pedagogisnya ataupun linguistiknya. Adapun kelemahan dari system ini jika diterapkan dalam tingkat lanjut kurang dapat memenuhi keperluan pendalaman unsure-unsur bahasa.

B.     System Cabang (Sparated System)
System cabang yaitu system yang memandang pelajaran bahasa Arab bukan satu kesatuan, melainkan sekumpulan materi yang terpisah-pisah secara mandiri. Yaitu terbagi menjadi beberapa cabang, setiap cabang memiliki kurikulum, buku pelajaran dan alokasi waktu yang berbeda-beda.
Karakteristik system cabang antara lain:
1.      Alokasi waktu pembelajaran terbagi sesuai porsi bagian-bagian sebagai cabang bahasa.
2.      Setip cabang itu memiliki kurikulum tersendiri.
3.      Setiap cabang memiliki buku dasar sendiri
4.      Dalam penilaiannya, guru memberikan nilai akhir pada tiap mata pelajaran.

Kelebihan system cabang adalah masing-masing unit pelajaran yang diberikan akan lebih mendalam dan dalam permasalahan pembelajaran yang dihadapi dalam setiap unit cenderung dapat diatasi secara tuntas. Sedangkan kekurangan dari system yang yang terpisah-pisah dinilai merusak substansi dan karakteristik dari bahasa Arab yang utuh, selain itu pembelajaran bahasa Arab pada unit0unit yang terpisah dengan cara yang berbeda akan mengakibatkan perkembangan kemampuan berbahasa siswa tidak seimbang.

C.     System Gabungan (Al-Nizham Al-Jami’)
Bukan suatu kemustahilan jika system kesatuan dan system cabang sebagai dua system yang berbeda, kemudian disatukan dalam system gabungan. Ini dikarenakan kedua system tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Maka penggabungan keduanya adalah memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan yang ada.
Dasar pertimbangan system gabungan ini menurut Ibrahim (1973:52) adalah sebagai berikut:
a.  Pembagian bahasa Arab kedalam unit-unit itu hendaknya dilihat pembagian yang tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian-bagian yang saling menguatkan satu dengan yang lain.
b. Guru bahasa Arab hendaknya menilai pembagian itu sebagai teknik dalamrangka mempermudah memberikan perhatian kepada masing-masing unit dalam proses belajar mengajar bahasa Arab.
c.  System kesatuan sebaiknya digunakan di tingkat pemula sedangkan system cabang digunakan di tingkat lanjutan.

Pada hakekatnya pembagian system sebagaimana yang telah dijelaskan adalah bagian dari strategi pembelajaran untuk memudahkan peserta didik dalam mengembangkan penguasaan kebahasaan.
Dalam system apapun tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling utama adalah bagaimana buru menerapkannya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

BAB 10
SELEKSI DAN GRADASI

Seleksi materi dalam belajar mengajar diperlukan karena tidak mungkin mengajarkan semua cabang ilmu, maka harus dipilih cabang ilmu yang akan diajarkan.
Gradasi itu penting sebab sesuatu yang telah diseleksi tidak akan dapat diajarkan seluruhnya sekaligus, maka harus didahulukan suatu yang lebih mudah sebelum berpindah kepada yang agak sukar dan lebih sukar.

BAB 11
PRESENTASI DAN REPETISI

Dalam sebuah perencanaan selalu ada peran metode didalamnya. Begitu pula dalam perncanaan pembelajaran, ada cara atau metode belajar mengajar. Kemudian dalam metode mengandung beberapa unsure yang harus dilaksanakan. Unsur-unsur dalam metode antara lain : seleksi, gradasi, presentasi dan repetisi.
A.    PRESENTASI
Presentasi merupakan inti dari proses belajar mengajar, suatu taraf dimana guru menyajikan garis-garis besar daripada materi yang akan dilaksanakan. Tujuan utama presentasi adalah mendeskripsikan informasi yang relevan sesuai dengan topiknya.
Presentasi dikatakan efektif jika sudah memenuhi criteria : akurat, obyektif, lengkap, selektif, interpretative dan jelas.
Mempersiapkan presentasi dilakukan melalui serangkaian langkah. Pertama, menganalisis siapa yang akan menjadi peserta atau pendengar presentasi. Dengan memperhatikan diantaranya karakteristik, pekerjaan dan minat mereka. Pemahaman terhadap pendengar akan membantu pembicara untuk membuat kaitan atau hubungan antara topic yang dibahas dengan kebutuhan dan minat mereka. Langkah yang kedua menyusun garis besar materi dan melengkapi persiapan melalui riset tambahan, dilanjutkan dengan menyiapkan visual dan berlatih melakukan presentasi dengan 5 perangkat presntasi yang telah dikembangkan.

B.     REPETISI
Repetisi merupkn suatu tahap pengulangan informs yang akan memperkuat kemampuan murid untuk mengingatnya. Pengulangan ini perlu dilakukan sesudah bahan pelajaran disajikan atau dipresentasikan.
Pengulangan dapat dilakukan langsung setelah jam pelajaran ataupun selang beberapa waktu. Dalam pembelajaran bahasa, repetisi ini terliht sangat dominan karena dapat membantu untuk menumbuhakan keterampilan berbahasa.

BAB 12
PENGAJARAN MATERI BAHASA ARAB BAGI NON ARAB

Bahasa Arab merupakan bahasa asing bagi non Arab. Materi yang hendak diajarkan pada dasarnya adalah buku pelajaran bahasa Arab. Hanya ada dua unsure, yaitu kosa kata dan aturan penggunaannya.
Aturan pemakaian kosa kata dikenal dengan tata bahasa. Tata bahasa ini juga sama dengan kosa kata yang sudah “given”. Dalam artian bahwa kosa kata maupun tata bahasa tidak perlu dilogikakan atau dicari kaidah-kaidahnya, akan tetapi cukup diikuti saja seperti menghafal kosa kata yang tidak perlu diketahu mengapa kosa kata itu demikian adanya. Aturan seperti ini disebut idiomatic.
Materi gramatika atau tata bahasa dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Sharaf
Sharaf memberikan aturan pemakaian masing-masing kata dari segi bentuknya yang dikenal juga dengan istilah morfologi. Dengan kata lain sharaf memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum dgabung atau dirangkai dengan kata-kata yang lain.

2.      Nahwu
Nahwu memberikan aturan mulai dari penggabungan masing-masing kata sehingga menjadi suatu susunan tertentu (tarkib) sampai dengan aturan penggabungan kata-kata itu menjadi suatu kalimat yang memberikan suatu pengertian utuh.

Dalam prakteknya, materi pelajaran itu perlu dipersiapkan dengan baik oleh para pendidik yang berpengalaman. Penyiapan materi pembelajaran berorientasi pada metode bagaimana cara supaya bahasa Arab itu dapat dikuasai oleh pelajar non Arab sehingga dapat digunakan dengan mudah dan terampil.
Penyiapan komponen materi ini masih membutuhkan penyajian yang memadai. Maksudnya, proses pembelajaran bahasa menuntut adanya aktivits berbahasa yang intinya adalah bersuara bukan hanya mendengar dan mengerjakan tugas-tugas tertulis. Salah satu wujud penyiapan materi pelajaran oleh seorang pendidik bahasa Arab adalah dengan selalu memberikan bahan yang banyak untuk latihan secara lisan, agar bisa mencapai kemampuan menyimak dan berbicara.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pembelajaran bahasa Arab meliputi kosa kata dan tata bahasa. Pembelajaran kosa kata berkaitan langsung dengan pokok pembicaraan, misalkan percakapan di kantor, di stasiun atau pembahasan tentang rekreasi, olahraga atau tentang topic linnya.
Sekarang ini, proses pembelajaran bahasa Arab menggunakan all in one system sehingga tata bahasa diajarkan berkaitan dengan kosa kata yang sedang diajarkan melalui pembicaraan atau teks bacaan. Tidak ada lagi topic bacaan khusus berurutan yang disesuaikan dengan topic kajian gramatika yang disusun dalam buku gramatika bahasa Arab.
Dalam tradisi lama yang masih dipertahankan, baik nahwu maupun sharaf diajarkan secara terpisah bahkan dianggap sebagai kunci untuk menguasai bahasa Arab. Kegiatann untuk menghafal dan memahami materi tersebut dianjurkan didahulukan sebelum yang lainnya. Alasan yang dilontarkan karena mempelajari nahwu dan saraf itu yang perdana karena tanpa pemahaman materi tersebut, kalimat tidak bisa dipahamu (Syaraf-ad-din Yahya al-imrithi:3).

BAB 13
EVALUASI BAHASA ARAB

A. Pengertian
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation yang mengandung kata dasar value, nilai. Secara istilah evaluasi berkaitan dengan keyakinan bahwa suatu hl itu baik dan buruk, benar atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum, dan sebagainya.
Dalam kamus ilmiah popular karya Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, evaluasi diartikan sebagai penaksiran, penilaian, perkiran keadaan dan penentuan nilai.
Untuk member pemahaman mengenai evaluasi, sebagaimana dikutip oleh Ainin, Tohir dan Ansori, Gronlund dan Lin, seorang pakar evaluasi pengajaran (1985:5) mengemukakan definisi evaluasi sebagai, evaluation is a systematic proces of coolecting, analizing and interpreting information to determine the exient to wich pupils are achieving instructional objective. Evaluation answers the question “how good?” Devinisi tersebut menjelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data-data untuk menentukan apakah seorang  siswa dipandang telah mencapai target pengetahuan atau keterampilan yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Dengan definisi-definidi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan suatu proses penilaian yang sistematis terhadap suatu hal untuk menganalisis dan mengukur tentang benar ataau salah.
Istilah evaluasi sama artinya dengan asesmen, pengukuran dan tes. Istilah-istilah tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama, akan tetapi ada perbedaan dalam hal cangkupan yang dianalisa. Evaluasi ini dapat berupa tes maupun non tes sesuai dengan apa yang dianalisa.

B. Kedudukan dan Tujuan Evaluasi
Dalam pembelajaran terdapat empat komponen utama yaitu : tujuan, materi, metode dan evaluasi (Kasbolan, 1993). Dilihat dari segi prosesnya setiap pembelajaran terdiri atas tiga tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu pembelajaran yang merupakan bagian terakhir dalam tahap pembelajaran. Akan tetpi, evaluasi dapat juga dilakukan pada saat dditengah proses pembelajaran.
Adapun tujuan evaluasi menurut Sukardi adalah sebagai berikut:
1.      Menilai ketercapaian (attainment) tujuan
2.      Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi
3.      Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui
4.      Memotivasi belajar siswa
5.      Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling
6.      Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum

Evaluasi tidak hanya untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, akan tetapi juga dapat digunakan untuk menilai program dan system pembelajaran yang ada di lebaga terkait. Dalam melakukan evaluasi agar mendapatkan hasil yang baik maka syarat-syaratnya adalah: valid, andal, obyektif, seimbang, membedakan, normai, fair dan praktis.

C. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Bagi seorang guru, pennjuk atau penting hukumnya mengetahui dan memahami prinsip-prinsip evaluasi untuk dijadikan sebagai petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasikan evaluasi dengan cara yang benar.
Menurut Amin, Tohir dan Ansori (2006:12), prinsip-prinsip evaluasi dalam semua pembelajaran antara lain:
1.      Menyeluruh
2.      Berkesinambungan
3.      Berorientasi pada tujuan
4.      Obyektif
5.      Bermakna
6.      Sesuai dengan kurikulum
7.      Mendidik

Sedangkan menurut Slameto (2001:16) sebagaimana dikutip oleh Sukardi dikemukakan bahwa evaluasi harus minimal mempunyai tuju prinsip, yaitu:
a.       Terpadu
b.      Menganut cara belajar siswa aktif
c.       Kontinuitas
d.      Koherensi dengan tujuan
e.       Menyeluruh
f.       Membedakan (diskriminasi)
g.      pedagogis

Adapun prinsip-prinsip tersebut merupakan hal-hal yang harus dipegang oleh seorang pendidik agar ddalam melakukan evaluasi nantinya sudah terarah sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan prinsip sehingga tujuan evaluasi tercapai.



D. Pendekatn Tes Bahasa
Dalam suatu tes akan  dipandang berkualitas apabila mempunyai tingkatan validitas, reliabilitas dan kepraktisan yang tinggi.
Validitas dapat diartikan dengan ketepatan dan kebenaran. Istilah ini pada dasarnya berkaitan dengan hasil tes yang mempunyai arti derajat kesesuaian hasil suatu tes dengan tujuan sejauh mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Reabilitas bermakna keajegan atau dalam bahasa Arab disebut tsabat. Suatu alat dapat dikatakan reabil jika ia mendapatkan data yang ajeg. Istilah ini juga tidak kalah pentingnya dengan validitas dan reabilitas.
Adapun kepraktisan itu berkaitan dengan hal kehematan, kemudia pengadministrasian, kemudahan pengintrepretasian.
Suatu tes bahasa dapat kita ketahui macamnya, yaitu sebagai berikut:
1.      Tes Diskret
Menurut Oller (1979) sebagaimana dikutip oleh Ainin, Tohir dan Ansori (1006, 70), tes diskret adalah suatu tes yang hanya menekankan satu aspek kebahasaan pada satu waktu, artinya yang diukur adalah tunggal atau satu komponen saja. Tes ini dilatarbelakangi oleh pandangan structural dalam kajian kebangsaan (Dwiwajono, 1996). Dalam kajian structural, hakikat bahasa itu sendiri atas beberapa komponen yang saling terpisah.
Contoh tes diskret tentang kosa kata (mufrodat) : pengenalan arti kata “Al jaami’ah” adalah: (a) masjid, (b) Perguruan tinggi, (c) Laboratorium bahasa, (d) Yayasan).

2.      Tes Integratif
Tes integrtif merupakan penggabungan dari bagian-bagian yang terkecil pada suatu butir tes. Tes ini dapat dikatakan sebagai koreksi terhadap kelemahan yang ada dalam tes diskret.
Menurut Nurgiantoro (1998), dikutip oleh Ainin, Tohir dan Ansori (2006,74), yang termasuk tes integrative baik yang menyangkut aspek kebahasaan maupun keterampilan berbahasa adalah menyusun kalimat, menafsirkan wacana yang singkat dengan dibaca dan didengar, memahami bacaan yang dibaca atau didengar, menyusun sebuah alinea berdasarkan kalimat-kalimat yang disediakan.



3.      Tes Pragmatik
 Jenis tes pragmatic sangat beragam. Oller mengemukakan bahwa bentuk tes bahasa pragmatic yaitu dikte, tes close, pemahaman paraphrase, jawaban pertanyaan, berbicara atau wawancara, menulis, bercerita dan menerjemahkan.

E. Tes Bahasa Arab Berbasis Kompetensi
Meliputi empat tes kemahiran dasar, yaitu:
1.      Tes kemahiran menyimak
Caranya:
a.       Melafalkan ulang kata yang diperdengarkan
b.      Mengidentifikasi bunyi
c.       Membedakan bunyi yang mirip
d.      Menentukan makna kata melalui gambar
e.       Menentukan makna kalimat melalui gambar
f.       Merespon ujaran berupa kalimat melalui gerak
g.      Memahami teks sederhana dalam bentuk dialog
h.      Memahami teks sederhana dalam bentuk narasi

2.      Tes kemahiran berbicara
Caranya:
a.       Menggunakan bentuk ungkapan baku
b.      Memperkenalkan diri
c.       Menceritakan gambar tunggal
d.      Menceritakan gambar berseri dengan panduan pertanyaan
e.       Menceritakan gambar berseri tanpa panduan
f.       Menceritakan pengalaman dengan panduan
g.      Mendeskripsikan objek
h.      Wawancara

3.      Tes kemahiran membaca
Melalui :
a.       Membaca dengan lancar, cermat dan tepat
b.      Menentukan arti kosa kata dalam konteks kalimat tertentu
c.       Menemukan makna tersirat dalam teks
d.      Menemukan ide pokok dalam paragraph
e.       Menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan
f.       Mengomentari dan mengkritisi isi bacaan

4.      Tes kemahiran menulis
Dilakukan dengan:
a.       Mengurutkan kata menjadi kalimat
b.      Menyusun kalimat berdasarkan gambar
c.       Menyusun kalimat berdasarkan kosa kata
d.      Mengurutkan kalimat menjadi paragraph
e.       Mendeskripsikan objek atau gambar tunggal berdasarkan pengalaman
f.       Menyusun paragraph berdasarkan pertanyaan

Evaluasi ini cangkupannya lebih luas karena tidak hanya dalam proses belajar mengajar saja tetapi evaluasi program dan system. Dengan demikian, bagi seorang guru harus memahami betul tentang evaluasi dan bagi para siswa penting diadakannya evaluasi belajar. Ini dimaksudkan agar siswa menjadi lebih termotivasi untuk melakukan inovasi dalam belajar sehingga akan lebih maju.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar