Senin, 14 November 2011

METODE PEMBELAJARAN BAHASA ASING



PENGERTIAN
Metode           : langkah-langkah yang harus dimbil dalam pembelajaran, cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metodologi     : teori dari metode
Metodelogis    : sifat metode

KOMPETENSI DASAR (KD)
  

TUJUAN DAN MANFAAT


BAB 1
KELEBIHAN, KEKURANGAN, TANTANGAN DAN PELUANG BAHASA ARAB

a.       Kelebihan Bahasa Arab
Kelebihan yang dimiliki Bahasa Arab adalah sebagai berikut :
§  Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an
§  Bahasa Arab sebagai bahasa resmi yang digunakan dalam dunia internasional
§  Huruf-huruf Arab memiliki keunikan tertentu seperti adanya harokat yang dengannnya dapat dibedakan subyek, objek, dll.
§  Bahasa Arab sebagai bahasa penghubung antar umat islam di dunia
§  Dengan menguasai bahasa Arab, orang muslim bisa memahami perkembangan ilmu pengetahuan agama lebih mendalam.
§  Bahasa arab kekal sepanjang zaman
§  Bahasa Arab itu padat makna
§  Bahasa Arab itu mudah dihafal dan tidak menjemukan

b.      Kekurangan Bahasa Arab
Kekurangan disini diartikan sebagai hambatan dalam mempelajari Bahasa Arab jika dilihat dari dua aspek, yaitu:
1.      Kebahasaan
Masalah kebahasaan yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
Ø  Kesulitan dalam aspek bunyi karena adanya perbedaan bunyi, ada fonem bahasa Arab yang tidak ada bandingannya dalam bahasa Indonesia. Misalkan : Tsa, ‘ain, gain, tha, kha, ha.
Ø  Kesulitan dalam mendengarkan suara huruf yang berdekatan makhrojnya, contoh : ha, sod, tsa, sa, kha.

2.      Tenaga pengajar
Tenaga pengajar di Indonesia sedikit yang menguasai pelajaran bahasa Arab. Mereka mengajar bahasa Arab ala Indonesia, maksudnya mereka mengajar bahasa dengan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Hal seperti ini tidak dapat dipungkiri karena mereka tidak dipersiapkan untuk itu, tapi mereka mempunyai kesempatan untuk mengajar bahasa Arab meskipun pasif.
Kebanyakan dari tenaga pengajar bahasa Arab di Indonesia, ketika telah dimulai kegiatan belajar-mengajar, ia tidak menggunakan bahasa Arb, hal ini mempengaruhi siswanya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Padahal semakin sering siswa mendengar bahasa Arab ia akan semakin dekat dengan bahasa Arab.
Pengajar biasanya langsung pindah materi tanpa tahu apakan anak didiknya sudah paham dengan materi yang telah diajarkan. Mengajar untuk orang non Arab sebaiknya dilakukan metode drilling, karena mereka masih asing dengan istilah-istilah bahasa Arab.
Jarang sekalu pengajar memberikan latihan-latihan (tugas) untuk anak didiknya, sehingga ia tidak hanya memberikan materi saja. Lebih bagus juga adanya timbale balik dari siswanya. Tetapi perlu diingat ketika hendak member latihan haruslah melihat anak didiknya siap. Timbal balik dari siswa bisa dicontohkan dengan mereka aktif bertanya bisa dilatih dengan menggunakan bahasa Arab.

c.       Tantangan Mempelajari Bahasa Arab
Menurut ‘Abd al Shabar Syahin, pendidikan bahasa Arab dewasa ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang serius yaitu:
Akibat globalisasi, penggunaan bahasa Arab fushha di kalangan masyarakat Arab sendiri mulai berkurang frekuensi dan proporsinya, cenderung digantikan dengan bahasa Arab ‘Ammiyah dan dialek local.
Realitanya, bahasa Arab sekarang juga dihadapkan pada tantangan globalisasi, tepatnya tanganan pola hidup dan colonial Barat, termasuk penyebarluasan bahasa Arab di dunia islam.
Derasnya gelombang pendangkalan aqidah, akhlak dan penjauhan generasi muda islam dan sumber-sumber ajaran islam melalui pencitraan buruk terhadap bahasa Arab. Dalam waktu yang sama terjadi kampanye besar-besaran atas nama globalisasi untuk menyebarkan dan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa yang paling kompatibel dengan kemajuan teknologi.
Selain ada upaya pernggantian huruf Aral dengan latin, bahasa Arab pada lembaga pendidikan di dunia islam juga mulai digeser meskipun belum sampai digantikan oleh bahasa Inggris atau Prancis sebagai bahasa pengantar untuk pembelajaran sains.
Sumber-sumber dan literature kebahasa Araban di lembaga pendidikan kita juga masih relative kurang. Hal ini antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian pimpinan fakultas dan universitas untuk mengembangkan pendidikan bahasa Arab dan juga disebabkan oleh kurangnya hubungan lintas universitas atau lembaga pendidikan dalam bentuk kerjasama ilmiah kita dengan perguruan tinggi di Timur Tengah sehingga kita tidak banyak mendapat pasokan sumber-sumber dan hasil-hasil penelitian kebahasa Araban. Selain itu penting juga ditegaskan bahwa perhatian negara-negara Arab dalam bentuk penyediaan sumber belajar, termasuk eferensi dan literature yang memadai untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia relative masih kurang.

d.      Peluang Mempelajari Bahasa Arab
Setiap tantangan pasti memberikan peluang dan prospek jika kita berusha untuk menghadapi tantangan itu dengan berpikir penuh kesungguhan dan kearifan, termasuk tantangan yang kini dihadapi pendidikan bahasa Arab. Dibawah ini beberapa prospek mempelajari bahasa Arab, yaitu :
Pertama, peluang untuk pengembangan Bahasa Arab semakin terbuka karena seorang yang menguasai bahasa arab dapat dipastikan memiliki modal dasar untuk mendalami dan mengembangkan kajian islam, atau setidak-tidaknya mengembangkan studi ilmu-ilmu keislaman seperti : fiqih, tafsir, hadis, sejarah islam, filsafat islam, dsb. Dengan kata lain, bahasa Arab dapat dijadikan sebagai alat dan modal hidup untuk mencari dan memperoleh yang lain diluar bahasa Arab, baik itu ilmu maupun keterampilan berkomunikasi lisan.
Kedua, pengembangan profesi keguruan, yaitu menjadi tenaga pengajar bahasa Arab yang professional. Sebab yang mempunyai kompetensi dan kewenangan akademik dan professional di MI/SD, MTs/SMP dan MA/SMA atau lembaga pendidikan yang sederajat adalah lulusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), bukan lulusan BSA (Bahasa san Sastra Arab) atau lainnya, meskipun belakangan ini ada kecenderungan lulusan BSA mengambil Program Akta Mengajar (akta IV) untuk memperoleh kompetensi dan kewenangan menjadi guru.
Ketiga, penggiatan dan pembudayaan tradisi penelitian dan pengembangan metodologi pembelajaran bahasa Arab. Hal ini perlu dilakukan agar ilmu bahasa Arab dan metodologi pembelajarannya semakin berkembang dinamis dan maju. Melalui penggiatan penelitian, tentu saja karya akademik dapat dihasilkan dan pada gilirannya komunitas pendidikan bahasa Arab menjadi lebih tercerahkan. Oleh karena yang selama ini menjadi hambatan setidak-tidaknya kurang mengundang minat meneliti adalah rendahnya dana penelitian, maka dipandang penting ketika pimpinan perguruan tinggi mewajibkan setiap dosen untuk meneliti dan/atau menulis karya-karya akademik yang relevan dengan bidang keilmuannya.
Keempat, intensifikasi penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, baik mengenai keilmuan dan keislaman ke dalam bahasa Indonesia dan/atau sebaliknya. Profesi ini cukup menantang dan menjanjikan harapan, meskipun penerjemah relative belum mendapat apresiasi yang sewajarnya.

BAB 2
PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip-Prinsip Kognitif
Prinsip kognitif meliputi:
a)      Prinsip Otomatisasi
Prinsip ini mempercayai bahwa belajar yang efektif yitu dengan cara memfokuskan pada penggunaan bahasa secara langsung dan tidak terpaku pada penggunaan bahasa secara langsung dan tidak terpaku pada kaidah gramatikal. Seperti halnya seorang bayi yang belajar bahasa dari ibunya secara otomatis tanpa menghiraukan bentuk-bentuk bahasa yang digunakan.
b)      Prinsip Pembelajaran Kebermaknaan
Pelajar menyerap pelajaran secara lebih lama daripada belajar secara hafalan. Sebagai contoh guru mengajarkan kosakata maupun gramatika dalam konteks.
c)      Prinsip Pujian Atau Imbalan
Dengan adanya pujian atau imbalan ini maka siswa akan terdorong untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, guru sering tidak memperhatikan hal ini sehingga mereka kikir untuk memberikan reward yang sebenarnya sangat dibutuhkan sebagai motivasi bagi diri mereka. Imbalan yang paling ampuh mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu motivasi intrinsic, dorongan untuk melakukan sesuatu kegiatan atas dasar keinginan yang muncul darinya.
d)     Prinsip Motivasi Intrinsic
Bagi pendidik seharusnya mampu mengajar dengan menciptakan suasana yang kondusif. Guru/pendidik harus memberikan inovasi dalam mengajar, menyampaikan materi dengan cara yang menarik, menyenangkan serta menantang sehingga pelajar termotiasi untuk belajar.
e)      Prinsip Strategic Investment
Prinsip ini meyakini bahwa keberhasilan pelajar dalam belajar disebabkan karena kemauan belajar untuk menginvestasikan waktu, upaya, perhatiannya terhadap proses belajarnya yaitu dengan menggunakan strategi belajar dalam proses belajarnya. Hal ini dimaksudkan jika pelajar tersebut mampu memanage cara belajarnya yang paling efektif bagi dirinya, maka hasilnya juga akan sesuai dengan tujuannya dalam belajar. Dalam kenyataannya pelajar yang berhasil yaitu pelajar yang mempunyaistrtegi belajar dalam proses belajarnya.

2.      Prisip-Prinsip Efektif
a.       Prinsip egoisme bahasa
Dalam mempelajari bahasa pelajar harus diperlakukan dengan kelembutan dan sikap yang bijak dan menghindari punishment. Faktor psikologi sangat berpengaruh dalam belajar, oleh karena itu guru harus selalu memberikan dorongan yang kuat agar mereka terhindar dari rasa cemas dalam menggunakan bahasa target. Salah stu caranya yaitu dengan memberikan materi secara bertahap dari yang mudah sampai materi yang menantang (sulit).
b.      Prinsip percaya diri
Keberhasilan pelajar dalam belajar sangat ditentukan oleh kepercayaan terhadap dirinya sendiri sehingga pelajar mampu memahami materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru sebaiknya selalu menemukan apa yang pelajar bisa, bukan apa yang pelajar tidak bisa. Karena ini penting untuk mengembangkan sikap percaya diri pada siswa. Salah satu caranya yaitu dengan menyuruh mengajukan pertanyaan kepada pelajar yang sekiranya dia mampu mengerjakannya.
c.       Prinsip pengambilan resiko
Prinsip ini bermanfaat bagi siswa agar siswa berani menggunakan bahasa target. Pelajar harus berani untuk menggunakan bahasanya dan tidak takut salah, maka dengan ini mereka akan terbiasa menggunakan bahasa secara aktif. Tugas guru menurut prinsip ini, guru harus kreatif dalam menciptakan kelas yang kondusif untuk mendorong pelajar agar merasa segan untuk selalu menggunakan bahasa target.
d.      Prinsip kaitan budaya dengan bahasa
Dalam mempelajari bahasa, maka pelajaran target, misalkan bahasa arab, maka pelajar diberi pengetahuan praktis dalam penggunaan bahasa sehingga secara budaya dapat diterima. Dengan demikian, dalam mengajarkan bahasa asing, guru harus memperkenalkan kata-kata, frase, atau kalimat-kalimat yang lazim digunakan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa target. Misalnya tentang bagaimana berekspresi pada : cara makan, mimic saat berbicara, bahkan arti senyum dalam bahasa target.

3.      Prinsip-Prinsip Linguistik
a.       Prinsip kemahiran bahasa
Didalam kelaskemampuan bahasa masing-masing individu tentu saja berbeda-beda. Hal ini menjadi pertimbangan bagi guru untuk menentukan metode dan menyusun materi pelajaran yang dikemas dalam Satuan Acara Pelajaran. Dengan adanya interlanguage (perbedaan kemampuan antar individu). Maka untuk sampai pada kompetensi yang diharapkan perlu adanya umpan-balik yang bersifat efektif serta bervariasi terhadap kemampuan siswa, baik dari guru maupun siswa lainnya.
Implikasi pedagogis dari prinsip ini adalah guru harus menciptakan kegiatan agar pelajar dapat mengoreksi terhadap kesalahannya, mengarahkan kepada pelajar bahwa berbuat kesalahan dalam menggunakan bahasa bukan hal yang tidak menguntungkan, akan tetapi justru memperkuat pemahaman.
b.      Prinsip komunikasi
Prinsip ini merupakan prinsip terpenting dalam prinsip linguistic. Tujuan pembelajaran bahasa menurut prinsip ini adalah pencapaian kompetensi komunikasi yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Perhatian utama dalam belajar yaitu penggunaan bahasa, bukan kaidah-kaidah bahasa. Pemberian materi tentang gramatika harus dihindari apabila tidak dikemas dengan konteks.

Dibawah ini adalah prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing yang lain, yaitu:
1.      Ujaran (berbicara) sebelum tulisan
2.      Prinsip kalimat-kalimat dasar
3.      Prinsip pola-pola sebagai kebiasaan
4.      System bunyi untuk digunakan (dengan cara demonstrasi)
5.      Control vocabulary (mengembangkan vocab sesuai tahap belajar)
6.      Pengajaran problema-problema (perbedaan struktur bahasa)
7.      Tulisan sebagai pencatat ujaran (pembicaraan)
8.      Pola-pola bertahap
a)      Mulailah dengan kalimat-kalimat, bukan kata-kata
b)      Perkenalkan unsur dan bagian kalimat secara utuh seperti jenis kata
c)      Tambahkanlah pola baru ke yang dahulu
d)     Sesuaikan pelajaran dengan peserta didik
e)      Menghafal dialog
9.      Praktek bahasa vs terjemah
10.  Bahasa baku otentik sebagaimana ajarannya (tidak terpaku gramatikal)
11.  Praktek waktu belajar
12.  Pembentukan jawaban-jawaban
13.  Kecepatan dan gaya
14.  Imbalan segera
15.  Sikap terhadap target kebudayaan
16.  Isi (bagaimana penggunaan bahasa tersebut di negara asing

BAB 3
SISTEM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Kemahiran seseorang terhadap bahasa Arab tidak menjamin dia mahir dalam mengajarnya. Mahir berbahasa adalah suatu keahlian dan mahir mengajarkan. Bahasa adalah keahlian yang lain, seorang guru bahasa arab setidaknya menguasai tiga hal, yaitu kemahiran bahasa Arab, pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab dan keterampilan mengajarkan bahasa Arab.
Sehubungan dengan kemahiran yang ketiga tersebut, dalam kurikulum program studi bahasa Arab terdapat sejumlah mata kuliah keahlian proses belajar mengajar. Satu diantaranya adalah metodologi pembelajaran bahasa Arab. Para pengajar bahasa Arab yang bertugas di lembaga pendidikan atau yang belum bertugas juga perlu menambah pengetahuan mereka mengenai berbagai pengetahuan yang terjadi dalam metode pengajaran bahasa.
Metode pengajaran bahasa asing, terutama bahasa Arab mengalami perkembangan secara terus-menerus seiring dengan perkembangan yang terjadi. Pada perkembangan ilmu bahasa, ilmu pendidikan dan ilmu jiwa.
Untuk mencapai suatu kemahiran, pendidik perlu menguasai berbagai macam metode pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu system pembelajaran bahasa Arab.
Sebelum pembahasan lebih jauh mengenai system pembelajaran bahasa Arab, sebelumnya akan dikemukakan pengertian system pembelajaran dan bahasa Arab itu sendiri. Pengertian system menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut[1] :

SISTEM
a.    Menurut Ludwig (1997), system adalah seperangkat unsure yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam suatu lingkungan tertentu.
b.    A. Rapoport (1997) menyatakan bahwa, system adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan.
c.    L. Ackof (1997) mendefinisikan system adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi.
d.   Menurut Gordon B. Davis (1995), Sistem merupakan bagian-bagian yang beroprasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan.
e.    Raymond Mcleod (2001) Sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.
f.     Menurut Budi Sutedjo (2002), sisterm adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

PEMBELAJARAN
·           Pembelajaran[2] dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti : proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar dan perbuatan mempelajari.
·           Pembelajaran[3] adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

BAHASA ARAB
Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah), atau secara mudahnya Arab (عربي ‘Arabī), adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram.

2. SISTEM PEMBELAJARAN BAHASA
Dalam perkembangan pengajaran bahasa, ada beberapa system dalam mengajarkan unsure-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut, yaitu system terpisah-pisah, system terpadu dan system gabungan.

a. Sistem Terpisah-pisah
Sistem terpisah-pisah dalam bahasa Inggris disebut Sparated system dan dalam bahasa Arab disebut dengan Nizha;mul furu’. Dalam system ini, pelajaran bahasa Arab dibagi menjadi beberapa mata pelajaran yaitu : Nahwu, Shorof, Muthala’ah, Insya, Istima’, Muhadatsah,  Imla, Khot dst. Setiap mata pelajaran memiliki kurikulum atau silabus, jam pertemuan buku, evaluasi, dan nilai hasil belajar.
Kelebihan system ini adalah guru dan perancang kurikulum mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memberikan perhatian khusus kepada bidang kajian atau mata pelajaran tertentu yang menurut pandangannya atau menurut ketentuan kurikulum, atau menurut kebutuhan dan minat siswa sangat penting.
Adapun kelemahannya, system ini mencabik-cabik keutuhan bahasa dan menghilangkan esensi dan watak alamiahnya. Hal ini menjadikan pengetahuan dan pengalaman kebahasaan pelajar juga terpotong-potong, sehingga tidak mampu menggunakannya secara baik dan benar dalam kehidupan nyata.. Pada sisi lain, system ini juga menyebabkan ketidakseimbangan antar berbagai uunsur bahasa dan keterampilan berbahasa, baik pada proses pembelajaran maupun output atau hasilnya.

b. Sistem Terpadu
Sistem terpadu dalam bahasa Inggris disebut Integrated system atau All in One System. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut, Nizha;mul wahdah’.
Dalam system ini bahasa dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, saling berhubungan dan berkaitan bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, hanya ada saatu mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.
Kelebihan system terpadu ini adalah landasan teoritisnya yang kuat, baik teori psikologis, teori kebahasaan, maupun teori kependidikan. Adapun kelemahannya jika diterapkan pada tingkat lanjut kurang dapat memenuhi keperluan pendalaman unsure bahasa aatau keterampilan  berbahasa tertentu yanga memeng menjadai kebutuhan nyata dari para pembelajar. Dalam praktek pembelajaran dengan system terpadau terdapat fariasi bahan utama yang dijadikan basis pembelajaran yaitu:
1). Pembelajaaran berbasis topic atau teks bacaan
Bahan pelajaaran utama berupa bacaan menganai topk tertentu. Dari bahan utama ini dilakukan kegiatan :
a)      Pemahaman kosakata
b)      Pemahaman dan analisis isi teks
c)      Penguasaan bunyi-bunyi bahasa melalui kegiatan membaca keras percakapan dengan topic yang relevan
d)     Latihan menulis berdasarkan isi bacaan pemahaman teks simaan yang parallel dengan teks bacaan
e)      Penguasaan struktur atau tata bahasa yang terdapat pada teks demikian setedrusnya.

2). Pembelajaran berbasis situasi atau teks percakapan
Bahan pelajaran utama berupa teks percakapan dalam situasi tertentu atau mengenai topic tertentu. Dari bahan utama ini dikembangkan berbagai kegiatan antara lain.
a)      Dramatisasi teks sampai dengan percakapan bebas.
b)      Melafalkan dan membedakan bunyi-bunyi tertentu.
c)      Latihan menulis dengan mengubah teks dialog menjadi narasi.
d)     Memahami teks bacaan atau semakan yang parallel.
e)      Pembahasan struktur atau tata bahasa tertentu yang ada dalam teks, demikian seterusnya.

c. Sistem Gabungan
System terpisah-pisah dalam pengajaran bahasa arab digunakan dipesantren dan madrasah sampai dengan tahun 60-an. Sedangkan system terpadu mulai diterapkan sejak pertengahan tahun70-an disekolah, madrasah dan sebagian pondok pesantren sampai saat ini.
Namun terdapat pula lembaga pendidikan yang menggabungkan kedua system dalam pola pengajaran bahasa arabnya. Sebagai contoh KMI Gontor menerapkan system terpadu dalam pengajaran bahasa arab selama satu tahun. Dikelas satu KMI itu hanya ada mata pelajaran bahasa arab yang ditangani seorang guru dengan jumlah jam lebih dari sepulauh jam perminggu. Kemudian pada kelas dua dan seterusnya diterapkan system terpisah-pisah dengan memecah-mecah pelajaran bahasa Arab dalam beberapa mata pelajaran.
Contoh lain adalah pembelajaran bahasa Arab di jurusan sastra Arab Universitas Negeri Malang. Pada tahun pertama (dua semester), hanya ada satu mata kuliah bahasa Arab “ Durus Arabiyah Mukatstsafah”, dengan bobot 12 sks dan jumlah jam 18 jam perminggu. Baru pada tahun kedua, bahasa arab dijadikan disajikan secara terpisah-pisah, terdiri dari matakuliah- matakuliah keterampilan berbahasa, kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan Arab.

BAB 4
KETERAMPILAN BERBAHASA ARAB DAN CARA MENGAJARKANNYA

Keterampilan berbahasa Asing merupakan suatu kemampuan dalam penggunaan bahasa, ini meliputi:
a.       Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimak ( المهارة الاستماع/listening skill) merupakan kemampuan seseorang dalam memahami kata atau kalimat yang diucapkan oleh mitra bicara atau media tertentu. Keterampilan menyimak dapat disajikan dalam empat fase, yaitu:
1.      Fase Pengenalan
Pada fase ini siswa dikenalkan bunyi huruf-huruf Arab, baik yang tunggal maupun yang sudah disambung dengan huruf-huruf lain dalam kata-kata. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan contoh pengucapan bunyi dengan baik dan benar lalu diikuti oleh siswa.
2.      Fase pemahaman permulaan
Dalam fase ini para siswa diajak untuk memahami pembicaraan sederhana yang dilontarkan oleh guru tanpa respon lisan, tetapi dengan perbuatan. Contoh : ijlis اجلس(duduklah) yaitu perintah guru pada siswanya untuk duduk.
3.      Fase pemahaman pertengahan
Pada fase ini siswa diberi pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau tertulis dengan contoh kegiatan seperti, guru membacakan bacaan pendek atau memutar rekaman. Setelah itu guru member pertanyaan mengenai isi bacaan atau rekaman tersebut.
4.      Fase pemahaman lanjutan
Pada fase ini para siswa diberi latihan untuk mendengarkan cerita-cerita dari radio atau TV danmenyimak rekaman tentang kegiatan.

b.      Keterampilan berbicara
Keteramplan bicara (مهارة الكلام  /speaking skill) adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan pada mitra bicara. Subyakto Mahaban membagi aktivitas berbicara dalam 2 kategori, yaitu:
1.      Latihan prakomunikatif
Latihan prakomunikatif dimaksudkan membekali para pelajar dengan kemampuan dasar dalam berbicara yang sangat diperlukan ketika terjun di lapangan seperti latihan penerapan pola dialog, kosa kata, kaidah, mimic muka, dsb.
2.      Latihan komunikatif
Latihan komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreatifitas para pelajar dalam melakukan latihan. Pada tahap ini keterlibatan guru secara langsung mulai dikurangi untuk member kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan kemampuan sendiri. Para siswa dalam tahap ini ditekankan untuk lebih banyak berbicara daripada guru. Sedangkan penyajian latihan diberikan secara bertahap, dan dianjurkan agar materi latihan dipilih sesuai dengan kondisi kelas. Beberapa tahap yang diberikan seperti:
·         Percakapan kelompok ( الجوار الجماعي )
·         Bermain peran   ( التمثيل )
·         Praktek ungkapan social    ( تطبيق التعبيرات الاجتماعية )
·         Praktek lapangan( الممارسة في المجتمع )
·         Problem solving ( حل المشكلات )

c.       Keterampilan membaca
Keterampilan membaca ( مهارة القراءة/reading skill) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya didalam hati. Pembaca yang baik adalah orang yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaannya sehingga ia bisa gembira, marah, kagum. Rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Bukan hanya itu saja, pembaca yang baik harus dapat menggunakan isi bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, membaca terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Membaca nyaring  ( القراءة الجهرية )
Membaca nyaring adalah membaca dengan melafalkan/menyuarakan symbol-simbol tertulis berupa kata-kata/kalimat yang dibaca. Latihan membaca ini lebih cocok diberikan kepada siswa tingkat pemula. Ada dua teknik yang bisa dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:
a)      Teknik sintesis( التركيب )
Teknik ini dilakukan dengan mendahulukan huruf daripada kata. Teknik ini bisa disebut اللجز /persial sebab pengajaran materi dimulai dari latihan terkecil (huruf) sampai kepada keseluruhan (kata). Misalnya mengajar kata علم, ada dua cara:
·         Memisahkan huruf (ع ل م  )‘ain, lam, mim disertai I’robnya ‘ain difathah dibaca “a”, lam dikasroh dibaca “li”, mim difathah dibaca “ma”.
·         Menyatukan huruf-huruf sehingga menjadi bentuk kata yang utuh.

b)      Teknik analisis ( التحليل )
Teknik ini biasanya disebut  كل/total, sebuah pengajaran materi dari keseluruhan sampai ke bagian . Ketentuannya : jika materi yang diajarkan berbentuk  kat, maka yang didahulukan adalah kata atau huruf.

2.      Membaca Diam ( القراءت الصامتة )
Membaca diam atau disebut juga membaca dalam hati lazim dikenal dengan membaca pemahaman, yaitu membaca dengan tidak melafalkan symbol-simbol teknis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi visual.
Beberapa teknik membaca diam yang bisa dilakukan oleh guru, guru menyajikan suatu bacaan yang ditulis di papan tulis, di papan peraga, di transparasi untuk digunakan di OHP, atau di computer yang ditayangkan dengan LCD proyektor, kemudian:
Ø  Menunjukan dan menyuruh pelajar untuk membaca sambil dihitung waktunya.
Ø  Menggunakan penggaris atau kertas panjang untuk mengikuti kecepatan membaca yang ditentukan.
Ø  Menggunakan penutup bacaan yang agak lebar, ditengah penutup itu diberi lubang panjang, dan guru memperlihatkan baris demi baris dengan lubang memanjang.

d.      Keterampilan menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang komplek yaitu mengarang. Keterampilan menulis dalam bahasa Arab ada tiga hal, yaitu:
1.      Keterampilan Imla’
Menurut Mahmud Ma’ruf, imla’ adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menjafa terjadinya kesalahan makna.
Secara umum ada tiga percakapan dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran imla’ yaitu: kecermatan mengamati, mendengarkan dan kelenturan tangan dalam menulis.
Teknik-teknik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran imla’ adalah sebagai berikut:
ü  Imla’ menyalin adalah memindahkan tulisan dari media tertentu dalam buku pelajar.
ü  Imla’ mengamati yaitu mengamati tulisan dengan cermat, lalu memindahkannya dalam buku tanpa melihat tulisan lagi.
ü  Imla’ menyimak yaitu mendengarkan kata/kalimat/teks yang dibacakan lalu menulisnya di buku.
ü  Imla’ tes bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan para pelajar dalam imla’ yang telah mereka pelajari.

2.      Keterampilan Kaligrafi( الخط )
Kaligrafi adalah kategori menulis yang tidak hanya menekankan rupa atau postur huruf dalam membentuk kaata-kata dan kalimat, tetapi juga menyentuh aspek-aspek estetika( الجمل ). Macam-macam gaya atau aliran kaligrafi seperti khath kufi, naskh, tsulutsi, faritsi, diwani jail, ijazh, ri’qi, teknik dasarnya menjiplak, meniru dan membuat sendiri.

3.      Keterampilan mengarang( الانشاء )
Mengarang adalah kategori menulis yang berorientasi kepada pengekspresian pokok pikiran berupa ide, pesan, perasaan dan sebagainya kedalam bahasa tulisan. Menulis karangan tidak hanya mendeskripsikan kata-kata atau kalimat dalam tulisan secara structural untuk meyakinkan pembaca.
Teknik pembelajaran mengarang adalah sebagai berikut:
·         Mengarang terpimpin yaitu membuat kalmia atau paragraph sederhana dengan bimbingan tertentu berupa pengarahan.
·         Mengarang bebas yaitu membuat kalimat atau paragraph tanpa pena/garahan. Dalam hal ini pengajar diberi kebebasan untuk mengekspresikan pikiran tentang suatu hal tertentu.


[1] Sistem informasi manajemen pendidikan. Eti Rochaeti-Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti.2006 (Jakarta:PT Bumi Aksara). 2
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.3. Departemen Pendidikan Nasional. 2007 (Jakarta : Balai Pustaka ).17
[3] http://muhfida.com/pengertian-pembelajaran-secara-khusus