Sabtu, 18 Juni 2011

RESENSI




Judul                           : Prophetic Education
Pengarang                   : Dr. Moh. Roqib, M.Ag.
Penerbit                       : STAIN Press
Tahun Terbit                : Cetakan I tahun 2011
Kota Terbit                  : Purwokerto
Jumlah Halaman          : 390

Jika Dr. Moh. Roqib, M.Ag. menyatakan ada tiga orang (Kuntowijoyo, Muhammad Iqbal dan Roger Garaudy) yang mempopulerkan istilah prophetic, maka di tahun 2011 ini sudah muncul satu tokoh lagi yang memakai istilah phrophetik yaitu M. Abdul Halim Sani dalam bukunya yang berjudul “Manifesto Gerakan Intelektual Profetik” terbitan Samudra Biru Yogyakarta di bulan Februari kemarin.
Prophetic Education merupakan buku karya beliau yang ke-16. Mengupas Kontekstualisasi Filsafat dan Budaya Profetik dalam Pendidikan. Seperti yang kita tahu, kata phrophetic dan education itu serapan dari Bahasa Inggris. Prophet berarti nabi dan education berarti pendidikan. Perlu pembaca ketahui bahwa Phrophetic itu sendiri aslinya berasal dari bahasa Yunani, “Prophetes” sebuah kata benda untuk menyebut orang yang bicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan. Lantas apa yang dimaksud dengan phrophetic education?
Dalam buku ini disebutkan bahwa, Pendidikan Profetik atau Prophetic Education merupakan proses transfer pengetahuan (knowledge) dan nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan alam sekaligus memahamnya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul ummah).
Makna Filsafat dan budaya profetik jika dikonstektualikan dalam pendidikan dibahas secara runtut, mulai dari : tujuan pendidikan profetik, materi pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran profetik, peserta didik dan pendidik yang profetik, evaluasi pendidikan profetik hingga lembaga pendidikan profetik. Bahasa tutur yang ringan menjadikan nilai plus tersendiri dari buku ini. Sehingga semua kalangan dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
Pembahasan pemikiran salah satu tokoh dalam paradigma profetik yang disuguhkan menjadikan penambahan kosa kata yang pada akhirnya membuat pembaca sedikit enggan karena menjadikan demikian banyak halaman yang pastinya membutuhkan waktu lama untuk membacanya. Kedetailannya dalam menuliskan menjadikan pembahasan pendukung lebih dominan sehingga terkesan seperti penelitian karya sastra tokoh tertentu.
Suatu kelebihan buku-buku terbitan Indonesia yaitu banyak catatan kaki dan terkesan bukan pemikiran murni si penulis. Berbeda dengan Negara lain menerbitkan jenis buku tertentu yang terbatas tapi murni penelitian. Ini menjadikan kritik yang patut dipertimbangkan.
Keseluruhan isi buku ungkapkan gagasan terkait format baru pendidikan yang lebih komprehensif dengan membidik manusia yang tidak terpisah dengan Tuhan dan alam (antropologis) sebagai paradigmanya. Bukan sekedar gagasan, melainkan potret pendidikan ideal di masa depan. Realisasi lebih bagus daripada konsep dan design, semoga suatu saat nanti ditemukan lembaga pendidikan semacam ini.

Tafsir Al Maragi... Q.S. Al An'am ayat 74-79


A.    PENDAHULUAN
Ibrahim adalah nama kekasih Allah, bapak para Nabi terbesar sesudah Nuh. Dan kitab kejadian dikatakan bahwa, ia adalah anak kesepuluh dari Sam, dilahirkan di negeri Ur, yaitu Nur dari negeri Celedonia yang sekarang dikenal dengan nama Urfa di wilayah Aleppo. Hal ini dibenarkan oleh sebagian ahli sejarah.
Di dalam kitab kejadian dikatakan bahwa, Allah ta’ala menampakan diri Nya kepada Ibrahim ketika beliau berusia 99 tahun. Allah berbicara dengannya dan memperbaharui janji Nya dengannya, bahwa Dia akan memperbanyak keturunannya dan memberinya negeri Kan’an (Palestina) sebagai miliknya, dan menamakannya dengan nama keturunannya.
Ibrahim disebut Abul Jumhur Al’azim. Berarti dia bapak umat. Ini merupakan kabar gembira dari Allah baginya, bahwa dia akan mempunyai banyak keturunan dari kedua anaknya : Ismail as. dan Ishaq as.
Sebagian ahli sejarah menukilkan bahwa Raja Hamurabi yang hidup semasa dengan Ibrahim as. Adalah seorang berkebangsaan Arab.
Ibrahim telah menempatakan putranya, Ismail bersama ibunya, Hajar yang berkebangsaan Mesir di sebuah lembah yang disitulah kemudian berdiri kota Makkah. Allah telah mendudukan bagi mereka berdua sekelompok orang Jurhum yang kemudian tinggal bersama mereka di sana.
Allah menamakan bapak Ibrahim dengan Azar. Di dalam kitab kejdian namanya adalah Terah yang berarti orang yang bermalas-malas. Di dalam kitab Tarikh, Bukhari mengatakan, Ibrahim adalah putra Azar. Di dalam Taurat ia dinamakan Terah, tetapi Allah menamakan Azar. Ad Dahhak dan Ibnu Jarir menetapkan bahwa namanya Azar.

B.     TAFSIR SURAT AL AN’AM AYAT 74-79
1.      Ayat 74
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Hai Rosul, ceritkanlah kepada orang-orang musyrik yang telah kami terangkan kepadamu hujah-hujah atas kebatilan kemusyrikan dan kesesatan mereka, ketika mereka menyembah sesuatu yang tidak ada kuasa untuk mendatangkan manfaat maupun kemudharatan kepada mereka—kisah-kisah tentang nenek moyang mereka, Ibrahim yang mereka agungkan, dan mereka mengaku-aku sebagai pengikut agamanya, ketika dia membantah kaumnya dan menjelaskan kebatilan apa yang mereka perbuat. Yaitu ketika dia berkata kepada Azhar, bapaknya­—sambil mengingkari kemusrikannya dan kemusrikan kaumnya, serta penyembahannya terhadap berhala dengan meninggalkan penyembahan terhadap penciptanya—“Hai Azhar, apakah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah yang menciptakanmu dan menciptakannya, padahal hanya Dia lah yang berhak disembah ?”
Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu yang sama-sama menyembah berhala ini berada dalam kesesatan yang nyata dari jalan yang lurus, tidak ada keraguan padanya untuk mengikuti petunuk. Berhala-berhala ini adalah patung-patung yang kalian pahat dari batu, kalian buat dari kayu atau dari logam, sedang derajat kalian lebih tinggi dan mulia daripadanya. Menurut zatnya, ia bukan Tuhan. Tidak layak bagi orang yang berakal untuk menyembah apa yang sebanding dengannya dalam penciptaan, tidak pula dalam kekuasaan sang khalik, butuh kepada Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Kuasa, tidak kuasa untuk mendatangkan manfaat maupun kemudharatan, tidak dapat member dan menahan pemberian.
Disifatinya kesesatan dengan nyata untuk menjelaskan apa yang telah terjadi pada diri mereka, sebagaimana diisyaratkan oleh bahasa, seperti firman Allah ta’ala kepada Rasulullah saw, “ Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk” (Ad Dhuha, 93:7).
Dan seperti perkataan anda kepada orang yang anda lihat menyimpang dari jalan yang ditempuhnya, “Sesungguhnya jalan itu dari sini, tetapi anda menyimpang darinya.”
2.      Ayat 75
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.”
Kami telah memperlihatkan kebenaran kepada Ibrahim tentang perkara bapak dan kaumnya, bahwa mereka benar-benar berada di dalam kesesatan yang nyata, lantaran beribadah kepada berhala dan patung. Demikian pula setahap demi setahap, Kami memperlihatkan kepadanya kerajaan langit dan bumi. Yakni Kami ciptakan keduanya dengan segala isinya, berupa aturan-aturan yang indah dan buatan yang mengagumkan. Kami perlihatkan kepadanya bintang-bintang yang beredar pada orbitnya di atas jalur yang tetap. Kami perlihatkan padanya bumi dan yang ada di dalam berbagai lapisannya, berupa barang-barang tambang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia apabila dia menggunakannya secara benar menurut apa yang telah kami tunjukan kepadanya. Kami juga tampakan kepadanya perkara bumi itu, baik yang bersifat batin maupun lahir. Semua ini dilihat dari segi bukti yang menunjuk kepada keesaan, keagungan kekuasaan dan peliputan ilmu kami atas segala sesuatu.
Semua itu Kami perlihatkan adanya, agar dia mengetahui sunnah Kami terhadap makhluk, kebijaksanaan Kami di dalam mengatur jerajaan, dan ayat-ayat yang menunjukan Rububbiyah Kami. Supaya dengan itu, dia dapat menegakan hujjah terhadap orang-orang musyrik yang sesat, dan supaya dia sendiri termasuk orang-orang yang benar-benar yakin sampai ketingkat ‘ainul-yaqin.
Kemudian Allah Ta’ala merinci kerajaan langit dan bumi yang diperlihatkan kepadanya secara global. Dia berfirman :

3.      Ayat 76
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Ketika Allah Ta’ala mulai memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepadanya, seakan ceritanya yang pertama adalah sebagai berikut : ketika malam telah gelap dan menutupi alam bumi sekitarnya, dia memandang kerajaan langit. Dilihatnya sebuah bintang besar yang menonjol dari bintang-bintang lainnya, karena sinarnya yang berkilauan, yaitu Jupiter yang yang merupakan Tuhan terbesar bagi sebagian penyembah bintang dari bangsa Yunani dan Romawi kuno. Kaum Ibrahim adalah imam mereka di dalan penyembahan ini, sedang mereka hanya pengikutnya. Ketika melihat itu, Ibrahim berkata, “ Inilah Tuhanku”. Perkataan ini dikemukakannya dalam forum perdebatan dan adu argumentasi dengan kaumnya, sebagai permulaan pengingkaran terhadap mereka. Pertama-tama dia mengemukakan perkataan mereka sendiri guna menarik perhatian mereka supaya mau mendengarkan hujjah atas kebatilan sembahan terhadap bintang itu. Pertama-tama dia mengaburkan pandangan mereka. Kemudian dia menyampaikan kritiknya, yang dalilnya didasarkan atas indra dan akal.
Tatkala bintang itu tatkala bintang itu tenggelam dan menghilang, dia berkata, “Sesungguhnya aku tidak menyukai apa yang terbenam dan menghilang”. Perkataan ini disampaikan karena orang yang sehat fitrahnya tidak akan menyukai sesuatu yang hilang daripadanya, dan tidak pula merasa kesepian karena kehilangannya. Bagaimana pendapat anda sekarang tentang kecintaan yang paling tinggi dan sempurna? Fitrah dan akal yang yang sehat telah memberikan bimbingan kepada kecintaannya itu. Oleh sebab itu, krcintaan di dalam beribadah ini hanya patut diberikan kepada Tuhan Yang Maha Ada dan Dekat, Maha Mendengar, Maha Melihat lagi Mengawasi, yang tidak pernah hilang, lengah atau lupa, dan yang Zahir dalam segala sesuatu dengan ayat-ayatnya:
“Dengan segala sesuatu Dia mempunyai tanda menunjukan bahwa Dia Maha Esa”
Juga yang batin dalam segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kehalusannya, “ Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dia-lah Yang Maha halus lagi Maha Mengetahui”. (Al An’am, 6:103).
Di dalam hadits, ketika kejelasan makna ikhsan diungkapkan, “ Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, kalaupun kamu tidak dapat melihatNya, maka sesungguhnya dia melihatmu.”
Ringkasnya, ayat ini mengisyaratkan kebodohan kaumnya didalam menyembah sesuatu yang tidak terlihat oleh mereka dan tidak tahu sedikit pun tentang urusan ibadah mereka kepadanya. Makna ini lebih dekat dengan perkataannya kepada bapaknya, “ Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?” (Maryam, 19:42)
Ibrahim mengemukakan hujjah dengan tenggelamnya bintang tanpa mengemukakan terbitnya, yang kedua adalah perpindahan dari satu keadaan pada keadaan lain, karena tenggelammnya adalah perpindahan yang disertai dengan bersembunyi dan menutup diri. Ini termasuk hal yang bertentangan dengan sifat rububiyyah.
Hujjah Ibrahim dalam meninggalkan ibadah terhadap Matahari, bulan dan bintang. Ketika melihat permulaan terbitnya bulan dari balik ufuk, dia berkata, “Inilah Tuhanku”. Perkataan itu disampaikannya dengan nada menceritakan apa yang biasa mereka katakana, sebagai pendahuluan untuk membatalkan perkataan mereka itu.
Dari siyaqul-kalam, segera dapat diketahui, bahwa Ibrahim melihat bintang pada suatu malam dan melihat bulan pada malam berikutnya.

4.      Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."
Ketika bulan itu tenggelam sebagaimana halnya bintang, padahal ia nampak lebih besar, cahayanya lebih terang dan sinarnya lebih tajam. Dia berkata sambil mendengarkannya kepada orang-orang disekitarnya, “Sekirnya Tuhanku tidak memberiku petunjuk dan taufik untuk mencapai kebenaran dalam tauhidNya, tentulah aku sudah termasuk kaum zalim yang tidak mencapai kebenaran dalam hal itu”. Sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, menyembah selain Allah, mengikuti hawa nafsunya, dan tidak mengamalkan apa yang diridhai Allah Ta’ala.
Disini terdapat sindiran yang lebih pantas dikatakan terdapat keterusterangan kesesatan kaumnya, dan isyarat kepada bergantungannya hidayah Ad Din pada wahyu Illahi. Disini, sindiran meningkat karena hujjah lawan bicara telah terpojok dengan pembuktian pertama, sehingga keyakinan mereka termodali. Ibrahim baru menyindir kesesatan setelah dia yakin, bahwa mereka mau mendengarkan maksud terakhir dari pembicaraannya. Dalam langkah ketiga, dia beralih dari sindiran kepada terus-terang, menyatakan kebesarannya dari mereka, dan bahwa mereka benar-benar berada dalam kemusrikan yang nyata. Hal ini setelah kebenaran benar-benar nampak.

5.      Ayat 78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
Sambil menunjuk matahari, dia berkata, “Yang aku lihat sekarang, inilah Tuhanku”. “Ia lebih besar dari bintang dan bulan.” Tampak disini, bahwa Ibrahim memperpanjang argumentasinya untuk menyudutkan mereka. Dalam pembicaraannya ini pula terdapat pendahuluan untuk menegakan hujjah atas mereka, dan tahapan untuk memancing perhatian mereka agar mau mendengarkan pembicaraan sesudah sindiran yang dikhawatirkan akan mereka sangkal.
Ringkasnya, matahari yang terbit ini lebih besar dari bintang dan bulan, lebih terang dan bercahaya. Oleh sebab itu ia lebih patut dikatakan sebagai Tuhan. Setelah matahari terbenam, sebagaimana yang lainnya menghilang, lalu tertutuplah cahayanya, dan kesunyian melebihi kesunyian karena gelapnya bintang dan bulan, maka dia membeberkan sejelas-jelasnya, apa yang dia kehhendaki setelah sindiran itu, sambil melepaskan diri kemusrikan kaum karena keburukannya.
Ringkasnya, dia memutar balik dan mengulur-ulur pembicaraan dengan penuh kelembutan hingga sampai kepada apa yang dia kehendaki dengan cara yang terbaik dan halus, sambil membebaskan diri dari sesembahan-sesembahan yang mereka jadikan Tuhan dan tuhan-tuhan selain Allah itu.
Setelah membebaskan diri dari kemusrikan mereka itu, dia menutup dengan menjelaskan akidahnya akidah yang murni, dia berkata,
6.      Ayat 79
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku di dalam beribadah hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, serta menyempurnakan penciptaannya di dalam enam hari. Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang yang terang benderang. Dial ah yang menciptakan kalian, barang-barang tambang dan tumbuh-tumbuhan yang kalian jadikan berhala.
Ringkasnya, Ibrahim berlepas diri dari kemusrikan mereka atau sekutu-sekutu mereka, kemudian dari diri mereka sendiri. Senada dengan ayat ini ialah firman Allah dalam Q.S. Al Mumtahah ayat 4 yang berbunyi, “Sesungguhnya telah ada tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian’.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Zaid, bahwa ketika Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi”, kaum Ibrahim berkata, “Engkau tidak membawa apa-apa, kami menyembahNya dan menghadapkan diri kepadaNya”. Ibrahim membantah, bahwa dia lurus dalam hal itu yakin memurnikan ketaatan kepadaNya, tidak menyekutukan sesuatu denganNya sebagaimana mereka lakukan.
Yang dia maksudkan adalah, bahwa dia menyimpang dari sembahan-sembahan mereka yang batil dan dari sesembahan lainnya. Penyerahan dirinya adalah murni, tidak ternodai oleh kemusrikan atau riya. Dia tidak termasuk orang yang menyekutukanNya, yang menghadapkan diri kepada selain Allah seperti bintang, malaikat, raja, orang-orang saleh, atau benda-bendayang mereka jadikan Tuhan seperti berhala dan patung.
Secara lahir, apa yang diceritakan Allah tentang Ibrahim as, adalah bahwa kaumnya menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan, bukan sebagai pencipta yang menjadikan bintang-bintang sekaligus sebagai pencipta tuhan-tuhan. Allah ialah sembahan. Setiap yang menyembah sesuatu maka dia telah menjadikannya Tuhan Ar –Rabb ialah yang menguasai, memelihara, mengatur dan bebas berbuat. Makhluk tidak mempunyai Tuhan selain Allah yang menciptakan mereka. Dia lah yang menguasai segala sesuatu disetiap zaman dan keadaan, sedangkan kerajaan selain Allah bersifat kurang dan sementara. Dial ah yang berhak disembah. Ibadah ialah menghadapkan diri dengan berdoa dan mengagungkan, baik bersifat perkataan maupun perbuatan kepada Tuhan yang mempunyai kekuasaan tertinggi, yang menciptakan, mengadakan dan bebas untuk bertindak terhadap makhluk.

C.     ANALISIS
Ada dua asal penciptaan ibadah kepada selain Allah, seperti kepada batu, matahari, bulan dan sebagainya.
Pertama, sebagai orang yang lemah akalnya melihat beberapa manifestasi kekuasaan Allah Ta’ala pada sebagian makhlukNya. Mereka mengira bahwa yang demikian itu bersifat dzati (yang sebenarnya) bagi makhluk ini, bukan sebagai akibat dari sunah-sunah Allah yang dapat dijadikan sebagai sebab-musabab.
Kedua, dijadikannya sebagian makhluk yang mempunyai kekhususan untuk memberikan manfaat atau mudharat, sebagai perantara kapada Tuhan yang Hak guna memberikan syafa’at di sisiNya dan mendekatkan kepada Allah bagi setiap orang yang menghadapkan diri. Maka orang yang mempunyai kebutuhan, memohon dan mengagungkan (makhluk) dengan perkataan maupun perbuatan, dengan anggapan bahwa dengan sebab pengaruh makhluk itulah Allah Ta’ala akan menerima permohonannya.
Diantara makhluk yang mereka buat sebagai pernatara ini ialah patung, berhala, kuburan dan lain sebagainya. Inila syirik yang dilakukan orang-orang Arab pada masa diutusnya Nabi SAW. Oleh sebab itu, ketika tawaf di Baitul Haram, mereka berkata, “Kusambut panggilan Mu, tidak ada sekutu bagi Mu, kecuali sekutu yang ia adalah milik Mu, Engkau dan segala apa yang ia miliki.”
Ibrahim telah membawa hujjah yang sempurna. Dia mencurahkan ibadahnya hanya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi, tanpa melalui perantara. Mengenai patung-patung yang mereka buat, Ibrahim berkata, “Sebenarnya Tuhan kalian Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”. (Al An Biya, 21 ayat 56)

D.    SUMBER
Ahmad Mustafa Al Maragi. Tafsir Al Maragi. Toha Putra : Semarang. Cet. 2. 1992






Lembaga Pendidikan di Desa Gunungwuled


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, atas izinnya kami dapat menyelesaikan tugas penelitian lapangan ini dengan judul Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jujungan kita, sang refolusioner sejati, Nabi Agung Muhammad SAW, yang membawa kita ke dunia yang penuh ilmu ini.
Kami menyadari sepenuhnya, hasil penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
Kami ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporn penelitian ini. Pertama kepada Ibu dan bapak yang senantiasa mendidik, membimbing, mendo’akan juga memberikan yang terbaik untuk kami. Kedua, kepada Dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam, Drs. H. Mahmudah, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk turut serta dalam penelitian Pendidikan Islam di Desa Gunungwuled ini. Ketiga, kepada Kepala Madrasah Ibtidayah, Kepala sekolah SDN 2 Gunungwuled dan Ketua TPA Desa Gunungwuled. Keempat, kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan pahala yang berlipat. Amin.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan hasil penelitian ini, kami berharap semoga bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi kami. Amin ya Robbal’alamin.

Gunungwuled, 5 Juni 2011

Penulis

A.    PENDAHULUAN
Suatu Negara dianggap maju bisa dilihat dari teknologi yang dimiliki. Teknologi ada karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri tidak akan pernah terlepas dari pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Jadi bisa dikatakan bahwa kemajuan suatu Negara seolah ditentukan oleh pendidikan yang ada.
Ketika berbicara pendidikan, tidak hanya dikaitkan dengan lembaga pendidikan formal saja tetapi pendidikan non formal juga. Pemaknaan yang sedikit salah kaprah ketika pendidikan hanya lingkup sekolah. Jika kita telusuri lebih jauh, pendidikan seorang anak manusia itu berawal sejak dalam kandungan. Bagaimana tidak, seorang bayi akan merasa lebih tenang ketika menendang-nendang perut si ibu di waktu hamil dan kita perdengarkan music klasik, mengajaknya komunikasi, atau sekedar dielus perut si ibunya. Tak hanya itu, ketika anak baru lahir diperdengarkan suara adzan dan ikomah menjadikan pelajaran tauhid utama dan pertama. Begitu seterusnya hingga anak bisa tengkurap, merayap, berbicara, berjalan, bersekolah hingga si anak nantinya merasakan menjadi orang tua.
Lebih lanjut si anak akan belajar dari lingkungan tempat tinggalnya seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan sekolahnya. Jadi belajar itu tak terpaku di lingkungan sekolah saja. Dalam artian, di luar pendidikan sekolah merupakan wahana pendidikan yang praktis, aplikatif dan menuntut untuk lebih dikuasi. Ini tak lepas dari manusia yang memiliki sifat sosial yang tidak akan bisa lepas dari kehidupan orang-orang di sekelilingnya.
Pendidikan sekarang yang lebih akrab dengan istilah “Komersialisasi” pun menjadi momok. Dimana bisa kita saksikan sendiri apa yang terjadi di dunia pendidikan di Negara kita. Orientasi pendidikan untuk menghasilkan uang pun menjadi andalan. Ini terlihat jelas pada banyaknya antrean di loket pendafaran PNS. Pendidikan jenjang Kejuruan yang seakan prioritas utama output pendidikan sebagai buruh, tenaga kerja, jongos kapitalis. Belum lagi biaya pendidikan yang demikian melambung, terutama di sekolah-sekolah favorit.
Dibawah ini merupakan hasil penelitian di lembaga pendidikan formal dan non formal di Desa Gunungwuled Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.
Pembahasan lembaga pendidikan formal, kami sugukan data seputar penyelenggaraan pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Gunungwuled dan lembaga pendidikan nonformal difokuskan pada pelaksanaan pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) masjid Al Iman di Karangnangka desa Gunungwuled.

B.     GAMBARAN UMUM DESA
1.    Letak Desa
            Desa Gunungwuled adalah salah satu Desa dari 12 desa di wilayah kecamatan Rembang dengan letak geografis sebagai berikut :
Sebelah Timur             : Sungai Gintung
Sebelah Barat              : Desa Losari
Sebelah Utara              : Kehutanan
Sebelah Selatan           : Desa Karangbawang

2.    Orbitasi
Desa Gunungwuled  Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga jarak dari:
-       Desa Gunungwuled ke Ibu Kota Kecamatan 6 km, waktu tempuh 30menit
-       Desa Gunungwuled ke Ibu Kota Kabupaten 42 km, waktu tempuh 90 Menit

3.        Luas Desa
Luas desa Gunungwuled sekitar 543 Ha, secara administratif dibagi menjadi 6 Dusun, 6 RW, 29 RT6 Dusun tersebut ialah :
-          Dusun I   seluas 95,5 Ha
-          Dusun II  seluas 90,5Ha
-          Dusun III seluas 75,5 Ha
-          Dusun IV seluas105,5Ha
-          Dusun V   seluas 90,5 Ha
-          Dusun VI  seluas 85,5 Ha

4.        Jumlah Penduduk
Jumlah total penduduk Desa Gunungwuled,5.376 jiwa dalam 1259 Kepala keluarga (KK) dengan perincian :
1.         Dusun I           : laki-laki 529 org, perempuan 506 org = 1.035 org
2.         Dusun II          : laki-laki 520 org, perempuan 492 org = 1.012 org
3.         Dusun III        : laki-laki 277 org, perempuan 277 org =    554 org
4.         Dusun IV        : laki-laki 126 org, perempuan 138 org =    264 org
5.         Dusun V          : laki-laki 337 org, perempuan 324 org =    651 org
6.        Dusun VI        : laki-laki 442 org,perempuan 419 org =     861 org
Total                       : Laki-laki 2.663 org, perempuan 2.713 org = 5.376 org

5.        Jumlah KK Miskin
Jumlah KK Miskin berdasarkan data yang terakhir sejumlah 881 KK atau 3.763 orang

6.        Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur
No
Penduduk menurut kelompok usia
Jumlah
1
0 – 5 tahun
567
2
6 – 15 tahun
1.427
3
16 – 25 tahun
876
4
26 – 55 tahun
1.679
5
55 tahun ke atas
806
Jumlah
5.355

7.        Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No
Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tamat Perguruan Tinggi
20
2
Tamat akademi/Diploma
65
3
Tamat SLTA
204
4
Tamat SLTP
547
5
Tamat SD
824
6
Belum/Tidak Sekolah
3.616
Jumlah
5.376

8.        Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No
Penduduk menurut Mata Pencaharian
Jumlah
1
Petani
1.247
2
Pensiunan
19
3
Buruh Bangunan
29
4
Pedagang/wiraswasta
71
5
Pegawai Negeri(Sipil, TNI, POLRI)
53
6
Lain-lain
3.957
Jumlah
5.376

9.        Jumlah Penduduk Menurut agama
No
Penduduk menurut agama
Jumlah
1
Islam
5.376
2
Kristen
-
3
Katholik
-
4
Hindu
-
5
Budha
-
Jumlah
5.376

C.    GAMBARAN UMUM LOKASI
Lembaga pendidikan formal yang diteliti adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungwuled. Merupakan salah satu SD dari 4 SDN yang ada di Desa Gunungwuled. SDN 2 Gunungwuled ini terletak di grumbul Karangnangka. Adapun peserta didik berasal dari grumbul Karangnangka dan beberapa grumbul lain disekitarnya, seperti: Pasuruhan, Sanyang dan Panyatan.
TPQ masjid Al Iman adalah salah satu lembaga pendidikan nonformal yang ada di grumbul Karangnangka, tepatnya di RT 01 RW 04 Desa Gunungwuled. Merupakan wahana berkumpulnya anak-anak dari berbagai usia, berbagai tingkatan sekolah juga beberapa dari kalangan orang dewasa. TPQ dijadikan lembaga non formal dimana disana berlangsung proses pendidikan yang tak kalah penting jika dibandingkan dengan sekolahan.

D.    PELAKSANAAN PENDIDIKAN
1.      LEMBAGA FORMAL
a.      Identitas
Nama sekolah       : Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungwuled
No. statistik          : 101030316451
Alamat                 : Karangnangka, desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Kode Pos 53356

b.      Gambaran Umum
SD Negeri 2 Gunungwuled berdiri tahun 1976 yang dahulunya berdiri karena adanya instruksi Presiden (Inpres), sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai SD Inpres.
SDN ini memiliki enam ruang kelas, UKS, ruang guru, 3 toilet, perpus dan lapangan upacara yang difungsikan sebagai lapangan olahraga juga. Beberapa fasilitas yang kurang layak menjadikan kendala tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan.
Adapun pelaksanaan pembelajaran berlangsung maksimal selama 26 hari dalam satu bulan. Pembelajaran dimulai dari pagi pukul tujuh hingga pukul satu siang. Disamping jam khusus bagi kelas satu dan kelas dua yang memiliki jam  belajar lebih sedikit daibanding kelas yang lebih tinggi diatasnya.
Jadwal mata pelajaran disusun berdasarkan pembagian tugas masing-masing guru disesuaikan dengan kompetensi. Di SD ini ada guru khusus seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Bahasa Inggris dan Olahraga.
Koleksi buku di dalam rak perpustakaan menjadikan inventaris tersendiri yang diharapkan bisa menambah pengetahuan peserta didik disamping membantu menyediakan buku mata pelajaran yang bisa dipinjam siswa.

c.       Visi dan Misi
1.      VISI
“Maju Dalam Mutu Dan Prestasi, Tegak Dalam Iman Dan Taqwa”
2.      MISI
a.       Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.
b.      Melaksanakan bimbingan terhadap siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki.
c.       Memotivasi warga sekolah agar selalu tambah semangat dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya.
d.      Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
e.       Melaksanakan manajemen partisipatif dalam melibatkan seluruh warga sekolah dan komite ekolah.

d.      Guru dan Karyawan
Guru dan karyawan yang ada di SDN 2 Gunungwuled sebanyak 10 orang yang masing-masing berasal dari desa yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda juga tanggungjawab serta tugas yang berbeda. Lebih jelasnya dalam bagan berikut ini:
No
Nama
Jabatan
Pendidikan
Mengajar (Kelas)
1
Warto Sutoro, S.Pd
Kepala Sekolah
S1
III
2
Soleh
Guru Kelas
DII
I - VI
3
Raslam, S.Pd
Guru Kelas
S1
I
4
Jono, S.Pd.SD
Guru Kelas
DII
VI
5
Evi Lisnani, S.Pd. SD
Guru Kelas
S1
III
6
Faridah Nurhidayah
Guru Kelas
DII
VI
7
Eliyanti
Wiyata Bakti
DII
IV
8
Imam Muafik
Wiyata Bakti
DII
I - VI
9
Tunut
Penjaga Sekolah
SMP
-
10
Edi Sobrianto
Petugas Perpustakaan
SMA
-

e.       Peserta Didik
Peserta didik berasal dari grumbul Karangnangka dan grumbul-grumbul lain disekitarnya seperti : Paduruhan, Sanyang dan Panyatan. Adapun jumlah peserta didik dari kelas satu sampai kelas enam di tahun pelajaran 2010/2011 hingga bulan Juni ini adalah sebagai berikut :
No
Kelas
L
P
Jumlah
1
I
9
9
18
2
II
15
13
28
3
III
13
13
26
4
IV
12
12
24
5
V
9
15
24
6
VI
12
8
20
Jumlah
70
70


f.       Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Gunungwuled disusun berdasarkan SILABUS Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Lebih jelasnya bisa dilihat dalam lampiran.

g.      Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Metode ceramah, dimana guru menyampaikan materi di depan kelas, sedangkan murid mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikannya.
2.      Metode pemberian tugas, murid-murid diberi tugas tertentu oleh guru, baik secara perorangan maupun berkelompok. Pemberian pekerjaan rumah kepada mereka juga merupakan penerapan metode ini.
3.      Metode karya wisata, yaitu siswa dibawa ke suatu obyek tertentu di luar kelas dan meminta mereka untuk melihat, mengamati dan menghayati objek dan membuatnya dalam bentuk laporan.

h.      Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dimaksud disini adalah suatu alat pendidikan yang menghubungkan siswa pada materi yang sedang dipelajari. Misalkan membahas kisah peperangan pada masa Nabi, seorang guru akan memperagakan layaknya perang sungguhan.
Media yang dipakai dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 gunungwuled, diantaranya dengan menggunakan : Buku, Gambar, Papan tulis, Pena, Spidol, dll.

i.        Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran harian dilakukan setiap selesai membahas setiap materi. Sedangkan evaluasi tiap semester tetap dilakukan secara serentak dengan mata pelajaran lain sesuai dengan jadwal kalender pendidikan nasional.

2.      LEMBAGA NON FORMAL
a.      Identitas
Nama TPQ              : TPQ masjid Al Iman
Alamat                    : Gunungwuled, Dk. Karangnangka Rt 01/ Rw 04, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, kode pos 53356
Nama Masjid          : Masjid Al Iman

b.      Gambaran Umum
TPQ masjid Al Iman berada di RT 01 Rw 04 desa Gunungwuled, tepatnya di grumbul Karangnangka. TPQ ini berdiri sejak tahun 1998. Adapun pendirinya adalah Drs. Sobirin. Beliau adalah alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Keadaan masyarakat yang cenderung jauh dari ajaran agama islam menjadikan motivasi tersendiri, hingga pada akhirnya bisa membuka lembaga pendidikan non formal di rumahnya. Beberapa anak yang turut belajar membaca Al Qur’an dari keluarga sendiri, kerabat hingga anak tetangga, yang pada akhirnya satu grumbul turut serta belajar bersama.
Pada waktu itu PLN belum menjamah maka lampu minyak menjadi sumber penerangan utama. Semangat untuk belajar menjadikan lampu templok ini sebagai pencahayaan di malam hari. Membaca Al Qur’an bersama dengan mengitari sinar sumbu lampu minyak. Suasana keakraban masih tetap dirindukan. Hingga tahun 2001 listrik dari PLN bisa masuk dan santri makin banyak. Meski akhir-akhir ini terjadi tambal sulam.
Ketidak fokusan pengelolaan juga santri yang mulai sibuk dengan aktifitas masing-masing menjadikan TPQ kurang lagi menjadi prioritas pembelajaran. Akhir-akhir ini mulai digencarkan kembali program kegiatan TPQ sehingga diharapkan kedepan mampu mencetak generasi muslim yang berakhlak Qur’ani.

c.       Tujuan dan Target
Tujuan TPQ adalah menyiapkan generasi Qur’ani sejak dini, yaitu generasi yang gemar membaca Al Qur’an, mempelajarinya, memahaminya, menghayatinya serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun target TPQ adalah sebagai berikut:
1.      Santri berakidah dan berakhlak islam.
2.      Santri dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah hukum tajwid.
3.      Santri mampu dan rajin melaksanakan salat fardhu serta gemar memakmurkan masjid.
4.      Santri hafal dan faham do’a salat serta menguasai tata caranya.
5.      Santri hafal dan faham beberapa adab dan do’a sehari-hari berikut artinya. Santri hafal beberapa surat pendek Al Qur’an dan ayat-ayat terpilih.
Santri dapat menulis Al Qur’an (Arab)
6.      Santri memiliki Pengetahuan Agama Islam (PAI)

d.      Penyelenggara TPQ
Penyelenggara TPQ adalah lembaga yang bertanggung jawab atas keberadaan dan penyelenggaraan TPQ . Pertanggung jawaban tersebut dilaporkan kepada masyarakat dan lembaga pembinaan TPQ. Penyelengara TPQ terdiri dari :
a)      Komite TPQ Desa                   : Kusyono, Mahud Husen, Sri Haryanti
b)      Pembina dan penasehat           : Drs. Ahmad Sobirin
c)      Pengurus TPQ            
1.      Direktur                       : Khoeron
2.      Wakil direktur             : Heri Sujawis
3.      Sekretaris                     : Septina Laeli Rahmawati
4.      Bendahara                   : Susanti
5.      Sie. Bidang kurikulum, program dan dakwah kreatif
: Devita Rahmawati dan Samunir Wijo Saputro
6.      Sie. Bidang evaluasi dan pembinaan intern
: Inarti, Ayu Karlina, Agus Krismono
7.      Sie. Bidang humas dan usaha dana
: Andi, Lehan Susanto, Nia, Istiani
8.      Sie. Bidang administrasi dan inventarisasi
: Khotimah, Tati Jumyati, Puji Prasetyo
9.      Tim ustadz/ustadzah dan asistennya
: Sobirin, Khoeron, Umiati, Alam Aziz
10.  Wali kelas
a)      Wali kelas A ( jilid 1, 2 & 3)        : Umiati
b)      Wali kelas B ( jilid 4, 5 & 6 )       : Heri Sujawis
c)      Wali kelas C ( Al Qur’an )           : Sobirin

e.       Peserta Didik
Peserta didik (Santriwan&santriwati) TPQ masjid Al Iman merupakan anak-anak usia PAUD/TK sampai SMP yang bertempat tinggal di grumbul Karangnangka. Adapun lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Santriwati
Santriwan
No
Nama
Ket
No
Nama
Ket
1
Ajeng
Jilid 1
1
Abdul Kholik
Jilid 1
2
Alda Fionica
Jilid 1
2
Dika Efendi
Jilid 1
3
Disa
Jilid 1
3
Diono
Jilid 1
4
Erna Sari
Jilid 1
4
Eming Susanto
Jilid 1
5
Uli Fani Azhari
Jilid 1
5
Evan Saputra
Jilid 1
6
Fela Mareta Sari
Jilid 1
6
Inoto Kurniawan
Jilid 1
7
Dela Yuliana
Jilid 1
7
Misrod Suntoro Agung
Jilid 1
8
Khomsatun Mukholifah
Jilid 1
8
Muhammad Aldi R.
Jilid 1
9
Ringgih Lestari
Jilid 1
9
Sukir
Jilid 1
10
Rosiani
Jilid 1
10
Deta Adi Saputra
Jilid 2
11
Sulastri
Jilid 1
11
Khanif Abdurahman
Jilid 2
12
Yufiani
Jilid 1
12
Rahman
Jilid 2
13
Azzahra Laysa Wulandari
Jilid 2
13
Reza
Jilid 2
14
Eli Fatiah
Jilid 2
14
Ferdi Saputra (Hadno)
Jilid 3
15
Ria Krisyani
Jilid 2
15
Diki Prasetyo
Jilid 5
16
Sulistiyani
Jilid 2
16
Puji Prasetyo
Al Qur'an
17
Fera Indriani
Jilid 3
17
Aji Pangestu
Al Qur'an
18
Haeka Susanah
Jilid 3
18
Aan Subagyo
Jilid 5
19
Na'afi Walhidayah
Jilid 3
19
Afrianto
Jilid 6
20
Puput Adelia Sari
Jilid 3
20
Agus Krismono
Al Qur'an
21
Astri Puji Lestari
Jilid 4
21
Alfito
Jilid 1
22
Septika Prasetiawati
Jilid 4
22
Doni Setiono
Jilid 4
23
Utari Faetuloh
Jilid 4
23
Erul
Jilid 2
24
Azizah Diah Wulandari
Jilid 5
24
Hiron
Jilid 3
25
Diana Andreani
Jilid 5
25
Jarwo
Jilid 2
26
Sukarti
Jilid 5
26
Jefri
Jilid 2
27
Hani Khoerun Nisa
Jilid 6
27
Johan Aprilian
Jilid 3
28
Fitriana Hikmawati
Al Qur'an
28
Nento Susilo
Al Qur'an
29
Inarti
Al Qur'an
29
Novandi
Jilid 3
30
Resanti
Al Qur'an
30
Rahmat
Jilid 4
31
Safitri
Al Qur'an
31
Rendi Setiawan
Jilid 3
32
Khotimah
Al Qur'an
32
Restu Pamuji
Jilid 6
33
Elmi
Al Qur'an
33
Riski Heri Santosa
Al Qur'an



34
Samunir Wijo Saputro
Al Qur'an



35
Vidianto
Jilid 3



36
Wawan
Jilid 5

f.       Materi Pembelajaran
Materi yang disampaikan dalam pembelajaran yang dilakukan dalam TPQ masjid Al Iman diantaranya : Kajian Hadits, Tafsir Al Qur’an, Aqidah akhlak, Wawasan Islam, Bahasa Arab, Do’a Sehari-hari, Hafalan Surat Pendek.

g.      Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya, TPQ menggunakan metode menghafal, bercerita, menyanyi dan bermain. Metode menghafal diterapkan ketika pembelajaran memang menuntut peserta didik (santriwan dan santriwati) untuk menghafal ayat-ayat Al Qur’an, hadits, surat-surat pendek dalam jus a’ma, do’a sehari-hari, do’a salat, dll.
Metode bercerita dipakai ketika guru menjelaskan suatu kisah kenabian atau kejadian real yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga santri mampu memahami isi cerita dan meneladani serta menerapkan sikap tauladan yang disampaikan.
Menyanyi diterapkan sebagai selingan ketika dibutuhkan. Adpun lagu-lagunya bisa disesuaikan dengan tema. Biasanya ada semacam buku panduan untuk pengajarnya. Yang pasti disini masih dalam lingkup keagamaan. Selain menyanyi juga ada tepuk-tepuk beraturan yang diinsruksikan satu orang dimana disini ada proses pembelajaran bagaimana seorang anak mengomandani anak lain, belajar menjadi pemimpin.
Permainan dilakukan ketika anak diajak di tempat terbuka di luar gedung yang membebaskan santri untuk bergerak lebih leluasa. Banyak permainan out door yang diharapkan mampu membentuk jiwa social mereka dengan bermain secara berkelompok sesuai dengan instruksi dari prmbimbing. Biasanya berwujud out bound atau sejenisnya.

h.      Media Pembelajaran
Banyak media yang bisa dimanfaatkan dalam penyampaian materi kepada santri, diantaranya ketika menghafal mereka membutuhkan : buku hafalan, buku tulis, pulpen, pensil dan penghapus atau tipex. Ketika menggunakan metode bercerita membutuhkan media : penyampai berita (ustadz/ustadzah), alat peraga semacam gambar atau property yang lainnya. Metode bernyanyi, bisa memakai media : LCD, tape recorder, televisi, kertas, atau alat music lainnya. Metode permainan akan membutuhkan lebih banyak media, seperti : tali rafia, kardus, kertas HVS, spidol, botol air mineral, gelas air mineral, simpe, pensil, dan masih banyak lagi. Ini disesuaikan dengan jenis permainan yang dipilih.

i.        Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap selesai menyelesaikan materi dimana setiap santri memiliki buku prestasi yang harus diisi setiap pertemuan. Disamping itu juga ada buku khusus untuk pendataan hafalan. Evaluasi serentak idealnya dilakukan secara serempak tiap semester. Sehingga akhir semester ada laporan khusus semacam rapor yang ditujukan kepada orang tua santri.

E.     PENUTUP
Lembaga pendidikan sebagai tempat getok tular ilmu pengetahuan diyakini sepenuhnya. Ini tak terlepas dari kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Adanya pendidik, peserta dididik, ada kurikulum, ada tempat pendidikan, ada media pendidikan, juga ada evaluasi pendidikan.
Lembaga formal dan lembaga nonformal bukan menjadikan suatu yang menjadikan perbedaan, melainkan saling melengkapi di dalamnya. Seperti TK/RA/BA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, yang termasuk dalam lembaga pendidikan formal merupakan wahana tepat untuk menimba ilmu pengetahuan umum seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKN, Seni, dan lain sebagainya. Begitu dengan lembaga formal semacam TPQ sebagai tempat untuk menimba lebih dalam lagi tentang ilmu keagamaan.
Tidak ada sekat maupun batasan antar kedua lembaga pendidikan ini. Keduanya berjalan beriringan, selaras dan harmonis. Dimana diharapkan keduanya saling mendukung karena satu bagian adalah bagian dari yang lain.
Diatas merupakan standar normal sebuah TPQ. Meski dalam pelaksanaannya masih mengalami banyak kendala. Berusaha menyempurnakan kegiatan TPQ sesuai dengan tata aturan juga pengadministrasian menjadi target penting untuk segera terealisasi.
TPQ masjid Al Iman sendiri masih menyelenggarakan kegiatan TPQ. Santri-santri yang istiqomah menjadikan harapan terwujudnya insane Qur’ani yang kelak diharapkan menjadi tombak siar agama islam. Berawal dari diri santri sendiri kemudian mengajak keluarga, saudara, tetangga, dan yang lainnya untuk turut serta mengamalkan ajaran agama islam.